REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Menteri Luar Negeri (Menlu) Rusia Sergei Lavrov dan Menlu Amerika Serikat Rex Tillerson membahas konflik Suriah melalui telepon. Seperti dilaporkan Kementerian Luar Negeri Rusia, Ahad (21/1), kedua negara tengah dalam upaya tertentu mewujudkan stabilitas di wilayah utara negara tersebut.
Mereka membahas penanganan krisis Suriah di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Dan juga kemungkinan agenda perundingan Suriah yang dijadwalkan digelar di tempat peristirahatan Laut Hitam, Sochi, Rusia.
Sementara itu, pertempuran di Provinsi Idlib di bagian barat-laut Suriah dalam satu bulan belakangan membuat lebih dari 200 ribu orang meninggalkan rumah mereka. Sebagian untuk kedua kali selama perang, sehingga mempengaruhi dukungan buat warga sipil.
Kantor Perserikatan Bangsa Bangsa Urusan Kemanusiaan dan Koordinasi PBB terkejut dengan laporan yang terus mengalir mengenai pertempuran di Gubernuran Idlib, Suriah. "Akibatnya, lebih dari 200 ribu orang menjadi pengungsi di daerah itu sejak 15 Desember," kata Juru Bicara PBB Stephane Dujarric kepada wartawan di Markas Besar PBB.
Pertempuran tersebut telah mempengaruhi prasarana sipil, terutama instalasi medis, kata Dujarric. "Kita menyaksikan rakyat seringkali sampai dua kali kehilangan tempat tinggal."
Ada laporan bahwa serangan antara 5 dan 8 Januari membuat tiga instalasi utama perawatan kesehatan tak bisa beroperasi, kata Dujarric. "Dua ambulans dilaporkan hancur dan seorang dokter cedera akibat ledakan di sekitar Beir Jia'an."
Juru Bicara PBB mengatakan Wakil Utusan Khusus PBB buat Suriah Ramzy Ezzeldin Ramzy berada di Ibu Kota Suriah, Damaskus, tempat ia pada Kamis bertemu dengan Wakil Menteri Luar Negeri Suriah Feysal Mekdad. Karena alasan logistik, pertemuan khusus PBB akan diselenggarakan di kompleks PBB di Wina, Austria.