REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Iran mendesak Turki agar menghentikan serangan militernya terhadap Suriah. Iran justru meminta Turki agar memainkan peran konstruktif di negara yang sedang berperang tersebut, daripada melakukan agresi.
Kementerian Luar Negeri Iran mengungkapkan bahwa Iran mengaku prihatin tentang hal tersebut dan mengamati dengan seksama tentang operasi Turki yang berlangsung di Afrin Suriah. "Teheran berharap agar operasi terebut segera dihentikan agar tak terjadi krisis yang semakin parah di Suriah," katanya, dikutip dari Straittimes.com, Ahad (21/1).
Tentara Turki dan tank memasuki Suriah untuk mengusir kelompok militan Perlindungan Rakyat Kurdi (YPG). Hal ini dianggap sebagai kelompok teror. Iran dan Rusia mendukung Presiden Bashar al-Assad, sementara Turki mendukung pasukan pemberontak dan sangat ingin mencegah munculnya area Kurdi otonom di bagian utara negara tersebut.
YPG yang terkait dengan Partai Pekerja Kurdistan Turki (PKK) pun menjadi sekutu penting untuk AS dalam perang melawan ISIS. Pada Ahad (21/1) AS meminta Turki untuk menahan diri dan menghindari korban sipil dalam operasi lintas batas yang menargetkan pasukan Kurdi Suriah.
Sementara, Turki sendiri juga mengalami kerugian. Sebanyak 37 orang terluka dalam serangan rudal lintas batas di Turki selatan. Tiga roket yang ditembakkan dari seberang perbatasan mendarat di distrik Reyhanli di provinsi selatan Hatay, Turki.
"37 orang terluka oleh rudal yang diluncurkan dari Suriah, 31 dari mereka dipulangkan setelah perawatan rawat jalan, sementara empat orang terluka parah," kata Gubernur Hatay Erdal Ata kepada wartawan setelah mengunjungi orang-orang yang terluka tersebut seperti dikutip Anadolu Agency.
Salah satu rudal menghantam sebuah rumah di Jalan Rifat Bahadirli, Reyhanli dan yang lainnya menabrak tempat kerja di Jalan Cumhuriyet. Pada saat yang sama, rudal lain juga jatuh di Jalan Sokmen Sokfur, Hatay. Kemudian, rudal susulan lain juga menabrak atap sebuah apartemen empat lantai.