Kamis 25 Jan 2018 10:04 WIB
Promosikan Situs Pariwisata

Saudi Sebut Pariwisaata 'Minyak Putih' Kerajaan

Targetnya, jumlah wisatawan tahunan menjadi 30 juta pada 2030.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Agus Yulianto
Kawah di Al-Wahbah
Foto: Amusing Planet
Kawah di Al-Wahbah

REPUBLIKA.CO.ID,  AL-WAHBAH -- Arab Saudi akan segera mulai mengeluarkan visa turis dan membuka salah satu perbatasan terakhir dari pariwisata global. Sektor pariwisata itu disebut-sebut sebagai 'minyak putih' Kerajaan. Karena itu merupakan langkah untuk melakukan upaya diversifikasi guna menghilangkan ketergantungan terhadap minyak mentahnya.

Kini, di tengah perubahan sosial yang bersejarah, Kerajaan Saudi tengah mencari tempat dalam peta pariwisata global dengan mempromosikan situs-situs, seperti halnya kawah Al-Wahbah. Di akhir pekan musim panas yang hangat, Amr Khalifa, seorang operator tur swasta, membawa sekelompok orang Saudi yang berkemah untuk pertama kalinya untuk mendaki ke dasar kawah.

Sembari memegangi tiang pengangkat, para pejalan kaki menempuh jalanan yang licin dan berbatu-batu menuju hamparan datar tanah yang dilapisi garam dan mineral lainnya. "Tantangan utamanya adalah membuat situs pariwisata semacam itu mudah diakses," kata Khalifa, dilansir dari Saudi Gazette, Kamis (25/1).

Khalifa menambahkan,  ia hanya memiliki satu kelompok berkemah di lokasi tersebut pada akhir pekan itu. Kawah Al-Wahbah, yang berjarak hampir empat jam berkendara dari kota Jeddah barat, adalah sisa aktivitas vulkanik. Dalam beberapa bulan terakhir, pihak berwenang telah membangun jalan dan tanda penunjuk jalan ke lokasi tersebut, dan mendirikan tempat penampungan piknik di sekitar tepi kawah.

"Saya mengatakan kepada teman-teman saya tentang Al-Wahbah. Mereka tidak tahu," kata seorang bankir di perusahaan berbasis di Jeddah, Mohamed Bahroon, yang ikut berkemah.

Pariwisata adalah salah satu Visi utama Saudi 2030. Yang mana, itu merupakan cetak biru untuk mempersiapkan ekonomi Arab terbesar untuk era pasca-minyak, yang disusun oleh Putra Mahkota Muhammad Bin Salman, wakil perdana menteri sekaligus menteri pertahanan Saudi.

Pada Agustus lalu, Kerajaan mengumumkan sebuah proyek bernilai jutaan dolar untuk mengubah 50 pulau dan situs asli lainnya di Laut Merah menjadi resor mewah. Kerajaan juga berencana untuk mengembangkan situs bersejarah seperti Mada'in Saleh yang berusia berabad-abad, yang merupakan rumah bagi makam batu pasir dari peradaban yang sama yang membangun kota Yordania Petra.

Sementara itu, Kerajaan Saudi bertujuan untuk melipatgandakan jumlah wisatawan tahunan menjadi 30 juta pada 2030. Sektor ini diproyeksikan menjadi salah satu penghasil pendapatan tertinggi.

Presiden Komisi Pariwisata dan Peninggalan Nasional Saudi (SCTNH), Pangeran Sultan Bin Salman, mengatakan kepada AFP bulan lalu bahwa persiapan sedang dilakukan untuk meluncurkan visa elektronik pada kuartal pertama 2018. Visa itu diperuntukkan bagi semua warga negara yang negaranya mengizinkan warganya untuk mengunjungi negara Teluk.

"Kerajaan itu adalah harta yang sangat besar. Kami bukan hanya pedagang minyak," kata Pangeran Sultan, menggambarkan pemandangannya yang menakjubkan.

Agen perjalanan global seperti Steppes Travel yang berbasis di Inggris sudah merencanakan untuk menawarkan paket tour. Justin Wateridge, managing director Steppes Travel mengatakan, ada banyak potensi untuk pariwisata Saudi. Menurutnya, tidak sedikit dari adanya permintaan terpendam yang dimiliki di dalam database mereka sendiri.

"Ada ketertarikan pada mereka yang mengenal dan memahami Arab Saudi dan tidak banyak yang perlu diubah selain mengeluarkan visa turis. Perjalanan menghancurkan rintangan dan kerugian," kata Wateridge.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement