Jumat 26 Jan 2018 02:45 WIB

Trump Kembali Ancam Tangguhkan Dana Bantuan untuk Palestina

Trump meminta Palestina kembali merundingkan perdamaian dengan Israel

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Bayu Hermawan
Presiden AS Donald Trump
Foto: slate.com
Presiden AS Donald Trump

REPUBLIKA.CO.ID, BERN -- Presiden Amerika Serikat (AS) kembali mengancam akan menangguhkan dana bantuan untuk Palestina, jika Paletina tidak mau kembali ke perundingan damai dengan Israel. Hal tersebut ia sampaikan setelah bertemu dengan Perdana Menteri Israel Benjmin Netanyahu di Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss, Kamis (25/1).

Trump mengatakan selain enggan kembali ke perundingan, Palestina juga telah menghina AS. Hal ini berkaitan dengan ditolaknya kedatangan Wakil Presiden AS Mike Pence ke Palestina ketikamelakukan tur kunjungan ke Timur Tengah pekan lalu.

"Ketika mereka tidak menghargai kami sepekan lalu dengan tidak membiarkan wakil presiden kami yang hebat melihat mereka dan kami memberi mereka ratusan juta dolar bantuan serta dukungan, jumlah yang luar biasa, jumlah yang tidak siapa pun mengerti bahwa uang ada di meja dan uang itu tidak ada pada mereka kecuali mereka duduk dan menegosiasikan perdamaian (dengan Israel)," ujar Trump, seperti dilaporkan laman Al Arabiya.

AS diketahui telah memangkas dana bantuan untuk Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) lebih dari 60 juta dolar. Pemotongan ini dianggap merupakan upaya AS untuk menyeret kembali Palestina keperundingan damai dengan Israel. Sebab setelah AS mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel pada Desember 2017, Palestina enggan untuk kembali mengikuti perundingan damai.

Komisaris Jenderal Badan Bantuan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) Pierre Krhenbhl mengatakan, pemotongan dana bantuan Amerika Serikat (AS) untuk lembaganya mempertaruhkan ketidakstabilan di Timur Tengah. Hal ini ia sampaikan ketika mengunjungi Jalur Gaza pada Senin (22/1). Krhenbhl mengungkapkan pemotongan dana bantuan oleh AS akan menimbulkan kesulitan bagi UNRWA,terutama untuk melaksanakan program-programnya.

"Pengurangannya sangatparah, tiba-tiba, dan berbahaya," ujarnya.

Mengingat jumlah pengungsi Palestina mencapai ratusan ribu orang dan tersebar di beberapa negaradi Timur Tengah, ia menilai keputusan AS akan menimbulkan ketidak stabilan di kawasan.

"Dunia harus mengajukan pertanyaan ini sendiri, apakah Timur Tengah membutuhkan lebih banyakketidakstabilan? Apakah masuk akal untuk berpikir bahwa dengan mengurangijumlah (bantuan) UNRWA, seseorang akan mencapai hal lain selain ketidakstabilan di wilayah ini?," kata Krhenbhl.

Lebih dari satujuta warga Palestina di Jalur Gaza bergantung pada dukungan atau bantuan dari UNRWAdan badan-badan kemanusiaan lainnya. Warga Palestina di sana menilai, pemotongan dana bantuan AS untuk UNRWA sebesar 60 juta dolar akan memperparah kondisi di Jalur Gaza, di mana tingkat pengangguran mencapai 46 persen.

Selain itu,pemotongan dana AS juga akan berdampak terhadap kelangsungan pendidikan bagisekitar 525 ribu anak-anak Palestina. Saat ini mereka semua mengecap pendidikandi 700 sekolah UNRWA.

"Saya tidakbisa membayangkan untuk datang ke sekolah ini atau sekolah UNRWA lainnya danberkata kepada para siswa, 'sayangnya kita gagal'. Gagal bukanlah sebuahpilihan," ujar Krhenbhl.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement