Ahad 28 Jan 2018 12:02 WIB

Pertempuran di Suriah Terus Berlanjut

Lima pemboman menargetkan Ghouta timur termasuk dengan serangan roket dan alteleri.

Pemboman wilayah di Suriah Ghouta yang dikuasai gerilyawan terus berlanjut .
Foto: alarabiya.com
Pemboman wilayah di Suriah Ghouta yang dikuasai gerilyawan terus berlanjut .

REPUBLIKA.CO.ID, Pemboman wilayah di Suriah Ghouta yang dikuasai gerilyawan berlanjut pada Sabtu pagi, Pernyataan ini menurut k sebuah petanda pemantau perang, setelah seorang juru bicara pemberontak mengatakan Jumat bahwa Rusia telah berjanji untuk memaksakan gencatan senjata.

Tidak ada gencatan senjata yang diumumkan secara resmi oleh Rusia atau pemerintah Suriah yang tentaranya telah mengepung daerah kantong di luar Damaskus selama bertahun-tahun itu. Bahkan mereka pun telah meningkatkan pengebomannya di sana dalam beberapa bulan terakhir.

“Lima pemboman itu menargetkan Ghouta timur semalam, termasuk dengan serangan roket dan peluru artileri, “ kata Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia yang berbasis di Inggris. Ini menjadi pertanda buruk bila putaran kesembilan dari perundingan perdamaian yang disponsori PBB yang berakhir di Wina pada hari Jumat itu akhirna terbukti tanpa hasil.

Ayman al-Asemi, anggota dewan militer Angkatan Darat Suriah Gratis, mengatakan pada akhir Jumat bahwa Rusia telah berjanji kepada juru runding oposisi di Wina bahwa mereka akan menekan Damaskus untuk memberlakukan gencatan senjata di Ghouta timur. Namun, Nasser al-Hariri, kepala delegasi oposisi di Wina, tidak menyebutkan Ghouta timur atau kesepakatan gencatan senjata apapun selama konferensi pers pada hari Sabtu.

Pembicaraan Wina

Perundingan di Wina berakhir dengan oposisi yang mengatakan bahwa mereka tidak akan menghadiri sebuah kongres perdamaian Suriah yang diadakan Rusia minggu depan di Sochi.

Hariri mengatakan keputusan untuk tidak hadir dibuat setelah ada pemungutan suara di antara kelompok oposisi yang membentuk delegasi tersebut. Dan dia berharap pertemuan Sochi masih akan berguna. Hariri mengatakan Rusia tidak memberi tekanan pada delegasi untuk hadir.

Perhatian internasional telah meningkat mengenai nasib Ghouta timur, di mana PBB mengatakan terjadi kekurangan makanan dan obat-obatan akut. Dan ini telah menyebabkan malnutrisi terburukpara pihak yang  terlihat dalam perang sipil Suriah tersebut.

Daerah kantong tersebut merupakan rumah bagi hampir 400.000 orang dan berada dalam zona "de-eskalasi" yang disepakati di bawah kesepakatan gencatan senjata pimpinan Rusia untuk wilayah yang dikuasai pemberontak. Namun, pertempuran di sana terus berlanjut

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement