Senin 29 Jan 2018 19:24 WIB

Mahasiswa Australia Temukan Pangkalan Militer di Aplikasi

Aplikasi kebugaran itu mengungkap informasi sensitif tentang pangkalan.

Aktivitas kebugaran yang terekam oleh Strava di sekitar Fasilitas Pertahanan Bersama Pine Gap di Wilayah Utara Australia (NT).
Foto: ABC
Aktivitas kebugaran yang terekam oleh Strava di sekitar Fasilitas Pertahanan Bersama Pine Gap di Wilayah Utara Australia (NT).

REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Strava, aplikasi pelacakan kebugaran mengungkap informasi sensitif tentang pangkalan dan rute pasokan militer melalui situs peta temperatur globalnya. Menurut perusahaan aplikasi asal Amerika Serikat (AS) tersebut, peta data itu menunjukkan 1 miliar aktivitas dan 3 triliun titik garis lintang dan garis bujur dari "jaringan atlet global Strava".

Pada akhir pekan, mahasiswa Australia berusia 20 tahun, Nathan Ruser melihat peta tersebut menunjukkan lokasi dan rutinitas personel militer di pangkalan militer Timur Tengah dan zona konflik lainnya.

Berbicara dari Thailand, Ruser, yang mempelajari keamanan internasional di Australian National University (ANU), mengatakan ia telah mengikuti situasi di Suriah sejak tahun 2014. Ketika menemukan peta temperatur Strava, ia memutuskan melihat wilayah yang dilanda perang tersebut dan mengatakan "semuanya menyala seperti pohon Natal."

"Ketika Anda melihat peta temperatur Strava di negara-negara seperti Australia, Anda melihat banyak "kebisingan" dari warga sipil yang menggunakan aplikasi ini. Sydney, misalnya, bersinar emas dengan kebiasaan joging warganya," katanya.

Itu tak terjadi di Timur Tengah atau Afrika, di mana aktivitas tunggal terlihat kontras menonjol dengan latar belakang berwarna hitam. "Di negara-negara yang tak begitu banyak hal terjadi, kebisingan itu akan tersaring. Satu-satunya orang yang menggunakan aplikasi itu adalah personel militer asing," kata Ruser.

Mungkin juga para pekerja dari badan amal dan LSM lain bisa masuk dalam peta zona konflik. Menurut harian Washington Post, militer AS melihat situasi ini.

Strava mengumpulkan data dari ponsel dan pelacak kebugaran seperti Fitbit, dan memungkinkan penggunanya untuk berbagi rutinitas mereka dengan teman dan pengikut. Peta temperatur keseluruhannya menunjukkan informasi yang dikumpulkan antara tahun 2015 hingga September 2017.

Aktivitas Strava di sekitar pangkalan militer Al Asad di Irak di mana tantara Australia melatih pasukan lokal.
Aktivitas Strava di sekitar pangkalan militer Al Asad di Irak di mana tantara Australia melatih pasukan lokal.

Strava screenshot

Meski analis keamanan sering menggunakan citra satelit untuk mempelajari instalasi militer, Ruser mengatakan data Strava menambahkan lapisan informasi tambahan yang mungkin berbahaya. Dengan menggunakan citra satelit, Anda bisa melihat bangunan dasar, misalnya. Tapi di peta temperatur, Anda bisa melihat bangunan mana yang paling banyak digunakan, atau rute joging tentara.

"Anda bisa membentuk pola hidup di pangkalan militer," katanya.

Aplikasi itu juga menunjukkan patroli yang bertugas saat memasuki kota-kota di Suriah: "Anda bisa melihat jalan raya pasokan utama pasukan AS di Suriah, dan saya hanya ingat berkomentar 'f *** (sial), itu tidak baik'," kata Ruser.

"Rute patroli, pangkalan patroli yang terisolasi, banyak hal yang bisa diubah menjadi intelijen yang bisa ditindaklanjuti," unggah mantan perwira Angkatan Darat Inggris, Nick Waters, di Twitter. Analis lainnya telah menjelajahi peta itu sejak Ahad (28/1), sambil mengunggah status di Twitter tentang situs rudal dan rute patroli di seluruh dunia.

Jeffrey Lewis, pendiri blog ‘Arms Control Wonk’, menulis di Daily Beast "data mendasar yang dikumpulkan Strava adalah mimpi buruk bagi dunia keamanan." Edward Farrell, seorang peneliti keamanan Australia, mengatakan bahwa risiko untuk bisa menemukan "pangkalan militer di tempat-tempat yang tertutup" bisa saja dilebih-lebihkan.

Meski banyak dari pangkalan ini diketahui, masih ada potensi masalah keamanan operasional jika data tersebut bisa dialokasikan secara individual kepada seseorang. "Ini tentu bisa memungkinkan pelacakan pola hidup dan perilaku di lokasi tersebut," katanya.

Farrell menunjukkan, beberapa instalasi tampaknya telah menangani risikonya. Pentagon, misalnya, tak menunjukkan adanya data internal Strava.

Juru bicara Strava mengatakan peta temperatur tersebut mewakili "pandangan menyeluruh dan anonim" dari aktivitas penggunanya. Ia menambahkan Strava memungkinkan pengguna membuat "zona privasi" - alat yang mengaburkan aktivitas dalam radius yang dipilih sebelumnya.

Data Strava di sekitar Pentagon, AS.
Data Strava di sekitar Pentagon, AS.

Strava screenshot

Ruser tak menganggap situasi ituadalah kesalahan Strava seluruhnya. "Mereka mungkin harus memiliki proyeksi ke depan untuk peta itu sebelum mereka merilisnya, namun aplikasi tersebut memiliki kebijakan untuk menyisih dari berbagi data, dan itu belum dilakukan oleh tentara," sebutnya.

"Jika Anda bertanya kepada saya, saya tak memperkirakan peta itu akan tersedia secara daring lebih lama lagi."

Di Australia, peta tersebut menunjukkan pergerakan yang terjadi di sekitar instalasi militer yang terkenal seperti Fasilitas Pertahanan Bersama Pine Gap di Wilayah Utara Australia (NT). Departemen Pertahanan Australia telah dihubungi untuk memberikan komentar.

Simak berita ini dalam bahasa Inggris di sini.

 

sumber : http://www.australiaplus.com/indonesian/berita/mahasiswa-australia-temukan-aktivitas-pangkalan-militer/9371454
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement