REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Jeepneys, angkutan umum flamboyan Filipina saat ini, mendekati akhir masa mereka sebagai Raja Jalanan. Namun, para sopir jeepneys tidak akan menyerah tanpa perlawanan.
Pemerintah Filipina akan merombak transportasi umum yang sudah ketinggalan zaman itu sehingga lebih aman dan ramah lingkungan. Pemerintah akan menggantinya dengan sebuah moda perjalanan yang telah lama menjadi pilihan paling pasti dan termurah di negara berpenduduk 105 juta orang itu.
Namun, para operator dan pengemudi 200 ribu jeepneys yang telah melewati jalan raya selama berpuluh-puluh tahun bersikap menantang. Mereka mencela langkah-langkah menggulingkan mereka sebagai yang "antimiskin" dan hal ini ancaman terhadap penghidupan mereka.
"Ini adalah kerumitan besar bagi kita orang-orang miskin karena kami adalah orang-orang yang menderita," kata seorang sopir jeepney yang kesal setelah polisi lalu lintas menariknya karena kendaraannya mengepulkan asap hitam.
Jeepneys telah berevolusi dari jip tentara yang ditinggalkan militer AS setelah Perang Dunia Kedua hingga menjadi kendaraan yang dicat berwarna-warni mencolok. Jeepneys juga dihiasi dengan slogan-slogan agama, tanda-tanda horoskop atau nama keluarga.

(Macau Business)
Dengan biaya sekitar Rp 3.000 untuk perjalanan sejauh empat kilometer di Manila, harga tersebut sangat terjangkau. Sayangnya, perjalanannya jauh dari nyaman.
Satu jeepney memuat 10 sampai 16 penumpang. Penumpang duduk beradukan lutut di bangku kembar. Kendaraan ini tidak memiliki pendingin udara atau jendela untuk melindungi penumpang dari panas, hujan dan asap yang membuat penumpangnya tersedak.
Tidak ada sabuk pengaman dan penumpang hanya memiliki palang-palang atau jendela mobil. Jika sopir mengebut, penumpang bisa saja terlempar. Serupa seperti Kopaja dan Metro Mini, sopir jeepneys kerap balapan saat lampu merah untuk mengambil penumpang.
Pemerintah ingin mengganti jeepneys yang tidak sehat dan lusuh di jalanan untuk diganti dengan yang lebih besar, lebih bersih, lebih aman juga lebih modern. Namun pengemudi mengeluhkan unit yang lebih baru seharga sekitar 1,8 juta peso atau sekitar Rp 470 juta sangat mahal. Beberapa sopir mengkhawatirkan adanya kepentingan pribadi sedang dimainkan.
"Mereka hanya ingin mengusir operator sehingga mereka bisa membiarkan perusahaan mengambil alih. Pemerintah menggunakan tindakan keras ini terhadap jebakan bobrok dan asap untuk memaksa operator miskin membeli barang baru yang tidak mampu mereka beli," kata kepala kelompok transportasi PISTON George San Mateo saat dia memimpin sebuah demonstrasi pekan lalu di luar kantor regulator pengangkutan angkutan umum, Selasa (30/1).
Regulator mengatakan rencana tersebut didukung oleh Presiden FIlipina Rodrigo Duterte dengan tujuan hanya untuk memodernisasi transportasi umum. Dewan Pengatur Waralaba dan Angkutan Darat Martin Deglra mengatakan ada banyak jeepney yang sudah tua dan kotor sehingga pemerintah harus mengatasinya.
"Kita tidak bisa berkompromi dengan keamanan dalam hal kelaikan di jalan," kata Martin.