Selasa 30 Jan 2018 15:03 WIB

Paris akan Turun Tangan Jika Gerilyawannya Dihukum Mati

Uni Eropa memiliki kebijakan lama melawan hukuman mati.

Gerilyawan ISIS
Foto: EPA/Mohammed Jalil
Gerilyawan ISIS

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Paris akan turun tangan jika seorang gerilyawan dari Prancis dihukum mati di Irak atau Suriah, kata menteri kehakiman Prancis Nicole Belloubet pada Ahad (28/1). Kemungkinan akan peristiwa semacam itu muncul setelah pengadilan Irak pada bulan ini menjatuhkan hukuman mati terhadap seorang perempuan Jerman keturunan Maroko karena menjadi anggota ISIS.

Uni Eropa memiliki kebijakan lama melawan hukuman mati dan semua negara anggota telah meninggalkan hukuman itu. Ketika ditanyai dalam wawancara televisi  tentang bagaimana Prancis akan menanggapi jika seorang gerilyawan asal Prancis dihukum mati, Belloubet mengatakan, "Prancis akan melakukan campur tangan, dengan melakukan perundingan dengan negara bersangkutan."

Negosiasi semacam itu bisa melibatkan permintaan ekstradisi, meski Belloubet menekankan situasi ini akan dinilai kasus per kasus. Jaksa penuntut umum Prancis Francois Molins mengatakan bulan ini diperkirakan 676 warga negara Prancis, termasuk 295 wanita berada di wilayah Irak-Suriah.

Prancis tetap siaga tinggi setelah mengalami gelombang serangan yang ditugaskan atau diilhami oleh militan kelompok ISIS pada 2015 dan 2016, yang menewaskan lebih dari 200 orang. Sementara itu, kurang dari seribu petempur ISIS masih berada di Irak dan Suriah, menurut koalisi internasional pimpinan Amerika Serikat yang memerangi milisi garis keras Sunni itu.

Irak dan Suriah telah mengumumkan kemenangan atas ISIS dalam beberapa pekan terakhir, setelah setahun tentara kedua negara, berbagai sekutu asing dan pasukan militer daerah mengusir para petempur ISIS. AS telah memimpin sebuah koalisi internasional yang melakukan serangan udara terhadap ISIS sejak 2014, ketika kelompok tersebut menyapu sepertiga dari wilayah Irak. Pasukan AS telah bertugas sebagai penasihat di lapangan bersama dengan pasukan pemerintah Irak serta kelompok Kurdi dan Arab di Suriah.

"Oleh karena komitmen Koalisi dan kompetensi yang ditunjukkan dari rekan kami di Irak dan Suriah, diperkirakan ada kurang dari seribu teroris ISIS di dalam area operasi gabungan kami, sebagian besar dari mereka diburu di daerah gurun pasir timur Suriah dan Irak Barat," kata koalisi pimpinan AS dalam sebuah pernyataan di surat elektronik.

Angka tersebut tidak mencakup daerah-daerah di Suriah barat yang berada di bawah kendali pemerintahan Presiden Bashar al-Assad dan sekutu-sekutunya. Sekutu utama Assad, Rusia, juga mengatakan bahwa pertempuran utama dengan ISIS di Suriah telah berakhir. Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov mengatakan tugas utama di Suriah sekarang menghancurkan kelompok militan Islamis yang lain, yaitu Nusra Front.

Persekutuan pimpinan AS pada 5 Desember mengatakan ada kurang dari 3.000 petempur yang tersisa. Irak mengumumkan "kemenangan akhir" atas kelompok tersebut pada 9 Desember.

Sebagian besar petempur terbunuh atau tertangkap dalam tiga tahun belakangan, kata koalisi tersebut, yang tidak menanggapi pertanyaan apakah beberapa petempur tersebut bisa lolos ke negara lain, dengan mengatakan tidak akan terlibat dalam spekulasi publik, namun mengatakan mereka berupaya mencegah hal tersebut.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement