Sabtu 03 Feb 2018 06:51 WIB

PBB: 2 Bulan tak Ada Bantuan ke Daerah Terkepung di Suriah

Orang-orang yang menderita kondisi kesehatan terancam tewas

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Bilal Ramadhan
Pemboman wilayah di Suriah Ghouta yang dikuasai gerilyawan terus berlanjut .
Foto: alarabiya.com
Pemboman wilayah di Suriah Ghouta yang dikuasai gerilyawan terus berlanjut .

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan dalam dua bulan terakhir, tidak ada bantuan kemanusiaan yang sampai ke daerah-daerah yang terkepung di Suriah. Ia menyerukan pemerintah dan oposisi di negara tersebut agar sudi memberi atau membuka akses untuk menyalurkan bantuan kemanusiaan.

"Dalam dua bulan terakhir, tidak satu pun konvoi bantuan yang menyelamatkan jiwa telah sampai di daerah yang terkepung. Tidak ada persediaan medis, tidak ada makanan," kata Guterres pada Jumat (2/2), seperti dilaporkan laman Anadolu Agency.

Menurut Guterres, dengan tidak adanya pasokan bantuan, orang-orang yang menderita kondisi kesehatan di daerah terkait terancam tewas. Oleh sebab itu, perlu ada kerja sama antara pemerintah dan pihak oposisi agar memberikan akses guna mendistribusikan bantuan kemanusiaan.

"Jutaan rakyat Suriah telah kehilangan segalanya, saya memanggil delegasi pemerintah dan oposisi serta semua negara yang memiliki pengaruh untuk bekerja sama dengan utusan khusus saya di Suriah (Staffan de Mistura)," kata Guterres.

Ia meminta akses bantuan kemanusiaan yang tepat guna menghormati hukum humaniter internasional dan perlindungan warga sipil. "Kami tidak punya waktu untuk terlambat," ujarnya.

Sejak Maret 2011 hingga saat ini, peperangan masih terus berkecamuk di Suriah. Kondisi di sana kian mencemaskan ketika diketahui ada pihak yang memanfaatkan senjata kimia dalam pertempuran. Warga sipil pun turut menjadi korban senjata terlarang tersebut.

Perang selama hampir tujuh tahun di Suriah telah menyebabkan ratusan ribu warganya tewas. Jutaan orang lainnya pun memutuskan untuk mengungsi ke berbagai negara di Timur Tengah dan Eropa guna menghindari kecamuk perang yang tak kunjung usai.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement