Senin 05 Feb 2018 22:42 WIB

Erdogan Kunjungi Paus Francis Bahas Yerusalem

Ini merupakan kunjungan pertama presiden Turki ke Vatikan dalam 59 tahun terakhir.

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Israr Itah
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan (kiri) saat bertemu Paus Francis di Vatikan, Senin (5/2).
Foto: Alessandro Di Meo/Pool photo via AP
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan (kiri) saat bertemu Paus Francis di Vatikan, Senin (5/2).

REPUBLIKA.CO.ID, VATIKAN -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengunjungi Vatikan untuk menggelar pertemuan dengan Paus Prancis pada Senin (5/2). Ini merupakan kunjungan pertama presiden Turki ke Vatikan dalam 59 tahun terakhir.

Erdogan bersama istrinya Emine disambut di Cortile di San Damaso oleh Prefect of the Papal Household Georg Ganswein dengan upacara penyambutan resmi. Erdogan dan Paus Francis kemudian melakukan pertemuan di Istana Apostolik selama sekitar satu jam, seperti dikutip Reuters.

Dalam pertemuan empat mata itu, keduanya sepakat untuk mendukung perlindungan terhadap status Yerusalem, sebagai situs suci bagi umat Islam, Kristen, dan Yahudi, seperti yang telah ditentukan oleh resolusi PBB dan hukum internasional. Mereka juga dengan tegas menentang keputusan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.

Paus Francis adalah salah satu pemimpin agama yang paling menonjol dalam mengkritik keputusan Trump yang diumumkan pada Desember lalu itu. Erdogan mengucapkan terima kasih kepada paus atas dukungannya mengenai masalah Yerusalem ini. Paus juga mengungkapkan kekagumannya atas upaya Erdogan untuk mempertahankan status Yerusalem.

Sebelumnya, Erdogan sempat mengatakan AS telah mengisolasi dirinya sendiri atas isu Yerusalem. "Dalam proses di depan, ayo dan terima Yerusalem sebagai ibu kota Palestina. Inilah titik yang akan dicapai. Kami sekarang bekerja untuk ini," katanya kepada wartawan di Istanbul, Ahad (4/2).

Dilansir dari Anadolu, sebuah sumber kepresidenan Turki yang berbicara secara anonim mengatakan Erdogan dan Paus Francis juga membicarakan mengenai krisis pengungsi dan perkembangan di Timur Tengah, terutama di Suriah. Erdogan kemudian secara khusus membahas operasi kontra-terorisme Turki di Suriah.

Kedua pemimpin tersebut juga membahas upaya bersama untuk melawan xenofobia dan Islamofobia. Mereka menekankan, menghubungkan teror dengan agama adalah sebuah persepsi yang salah.

Erdogan mendesak semua pihak untuk menahan diri dari retorika provokatif yang menyamakan Islam dengan terorisme. Erdogan menegaskan, Turki sangat menghargai orang-orang dari semua agama, termasuk Katolik, yang hidup dalam harmoni dan damai dan oleh karena itu pemerintah Turki telah mengembalikan 14 gereja dan sebuah sinagog

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement