REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- ISIS mungkin telah semakin tersingkir di Irak dan Suriah, tetapi ancamannya masih sangat kuat di Iran. ISIS diketahui berpusat di wilayah Kurdi di sepanjang perbatasan Irak-Iran, tempat militan beroperasi dalam beberapa tahun terakhir.
Penduduk setempat bahkan memiliki julukan untuk daerah pegunungan tersebut, yaitu "Tora Bora". Tempat ini pernah dijadikan tempat persembunyian pemimpin Alqaidah Usamah bin Ladin yang melarikan diri setelah AS menyerang Afghanistan pada 2001.
Pada akhir Januari lalu, tiga anggota Garda Revolusi tewas terbunuh di wilayah Bamo, saat melawan 21 militan ISIS yang telah menyelinap masuk dari Irak. Tiga militan meledakkan rompi bunuh diri dan dua lainnya tewas dalam bentrokan tersebut.
Beberapa hari sebelumnya, Kementerian Intelijen Iran menemukan sebuah tembolok senjata di Kota Marivan di sisi perbatasan Iran. Mereka menemukan TNT, C4, detonator elektronik, granat, klip amunisi untuk senapan mesin AK-47 dan granat berpeluncur roket.
Bentrokan dan penemuan senjata tersebut mengindikasikan ISIS masih memiliki kemampuan untuk menembus jaring pengaman yang ketat di Iran. "Hari ini (ISIS) tidak mengendalikan sebuah negara. Untuk menegaskan mereka masih ada, mereka mungkin akan melakukan serangan setiap hari," ujar Hossein Dehghan, mantan Menteri Pertahanan Iran.
Kehadiran militan di perbatasan bukanlah hal yang baru. Sebelum invasi AS ke Irak pada 2003, Abu Musab al-Zarqawi telah memimpin sebuah kelompok di wilayah tersebut yang disebut Ansar al-Islam, yang bergabung dengan ISIS pada 2014. Zarqawi adalah militan yang dituduh sebagai dalang perang saudara antara Sunni dan Syiah di Irak.
Masyarakat Kurdi Iran dan Irak saat ini diduga tengah bertempur dengan generasi kedua ISIS, yang sebagian besar dipengaruhi oleh warisan mematikan Zarqawi. Militan ISIS yang Sunni melihat kaum Syiah, yang merupakan mayoritas penduduk Iran, sebagai orang yang murtad.
"Jelas ada hubungan antara ekstremis Iran dan Irak di kedua sisi perbatasan. Militan mengeksploitasi daerah ini karena bergunung-gunung, sulit, dan berhutan," ujar Hamai Hama Seid, komandan senior Peshmerga dan anggota Patriotic Union of Kurdistan (PUK) Irak.
Menurutnya, banyak anggota ISIS adalah pemuda berpendidikan rendah yang memiliki keterbatasan ekonomi. Mereka dinilai lebih mudah direkrut menjadi militan.