REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK--- Badan PBB untuk anak-anak UNICEF melaporkan sedikitnya 83 anak-anak terbunuh di zona konflik di Timur Tengah dan Afrika Utara bulan lalu. Dilansir Aljazirah, Selasa (6/2), UNICEF mengatakan korban tewas tersebut akibat dari peperangan yang terjadi selama Januari di Irak, Libya, Palestina, Suriah dan Yaman.
Sejumlah anak-anak tewas dalam serangan bom bunuh diri, yang lainnya tewas membeku saat mereka mencoba melarikan diri dari daerah konflik. Direktur Regional UNICEF untuk Timur Tengah dan Afrika Utara Geert Cappelaere menyebut insiden kematian ini merupakan pelanggaran terhadap hukum internasional.
"Anak-anak ini telah membayar harga tertinggi untuk perang yang sama sekali tidak mereka tanggung. Usia mereka pendek, keluarga mereka selamanya berada dalam kesedihan," katanya.
Seorang anak perempuan mengikuti pelajaran Alquran di Masjid Usman bin Affan, Khan Younis di Jalur Gaza, Palestina.
Ia mengatakan UNICEF secara kolektif terus gagal menghentikan perang terhadap anak-anak. Konvensi Jenewa, yang menetapkan hukum konflik, menyerukan perlindungan anak-anak selama perang. Semua 193 negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa telah meratifikasi konvensi tersebut.
Menurut UNICEF, sedikitnya 59 anak-anak terbunuh di Suriah. Di Lebanon, empat anak termasuk di antara 16 pengungsi Suriah yang membeku sampai meninggal setelah melarikan diri dari konflik.
Perang sipil Suriah telah menewaskan setidaknya 400 ribu orang dan mengungsikan 22 juta orang sejak pertempuran dimulai pada Maret 2011. Di Yaman, 16 anak meninggal pada Januari.
Sebuah serangan bunuh diri menewaskan tiga anak di kota Benghazi, Libya di mana tiga lainnya tewas saat bermain di dekat sebuah bom yang diledakkan. Korban lainnya termasuk seorang anak laki-laki yang ditembak mati dekat Ramallah, di Palestina, dan seorang anak terbunuh oleh sebuah bom di kota Mosul, Irak.
Cappelaere menjelaskan konflik di Timur Tengah dan Afrika Utara telah menimbulkan kondisi yang sangat memperihatinkan bagi anak-anak di wilayah tersebut. "Bukan ratusan, bukan ribuan tapi jutaan lebih anak-anak di wilayah Timur Tengah dan Afrika Utara dimana masa kecil mereka dirampas, cacat seumur hidup, trauma, ditangkap dan ditahan, dieksploitasi, dicegah untuk pergi ke sekolah dan bahkan tidak mendapatkan hak dasarnya untuk bermain," katanya.