REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Serangan udara pasukan Suriah di Ghouta Timur telah menewaskan sedikitnya 16 warga sipil pada Selasa (6/2). Serangan ini merupakan yang terbaru dalam serangkaian serangan mematikan di daerah kantong pemberontak dekat Damaskus itu.
"Ada 16 tewas, dua di antaranya anak-anak, dalam serangan udara intensif yang dilakukan oleh rezim di beberapa wilayah di Ghouta Timur," ujar Kepala Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia, Rami Abdel Rahman, dikutip Arab News.
"Jumlah korban tewas bisa meningkat karena ada orang yang terjebak di bawah reruntuhan dan beberapa lainnya yang cedera dalam kondisi kritis," tambah dia.
Pertumpahan darah juga terjadi sehari sebelumnya pada Senin (5/2), hingga menewaskan 31 warga sipil termasuk anak-anak, di daerah tersebut. Wilayah ini telah dikepung oleh pasukan pemerintah Suriah sejak 2013.
Serangan di Ghouta Timur terjadi setelah Amerika Serikat (AS) dan Rusia bersitegang di PBB mengenai penggunaan senjata kimia oleh rezim Presiden Suriah Bashar Assad. Rezim tersebut diduga telah menggunakan amunisi mengandung klorin di Ghouta Timur beberapa kali dalam pekan-pekan terakhir ini.
Rusia, yang merupakan pendukung utama Assad, mengatakan hingga saat ini belum ada pelaku penggunaan senjata kimia yang telah teridentifikasi. Rusia justru menuduh AS telah mendalangi kampanye propaganda untuk melawan pemerintah Suriah.