REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Pasukan Israel menembak mati setidak-tidaknya satu orang Palestina dalam serangan di Tepi Barat, Selasa (6/2). Hal itu menyebabkan bentrokan dengan penduduk setempat.
Militer Israel belum memastikan kematian tersebut namun mengatakan menyelidiki laporan tersebut. Dalam pernyataan, militer mengatakan pasukannya memasuki kota Nablus di Palestina untuk menemukan penyerang, yang menikam seorang Israel di pintu masuk permukiman Yahudi Ariel di Tepi Barat pada Senin.
"Selama kegiatan itu, kerusuhan terjadi ketika sekitar 500 orang Palestina melemparkan batu, bom api dan peledak serta menembak ke arah tentara IDF (Pasukan Pertahanan Israel). Perusuh juga membangun penghalang dari batu," kata pernyataan militer.
"Militer Israel menanggapi dengan cara membubarkan massa dan melepaskan tembakan peringatan di udara. Sebuah laporan mengenai seorang warga Palestina yang terbunuh dan beberapa terluka sedang ditinjau ulang," katanya.
Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan satu orang Palestina tewas dan 29 lainnya terluka oleh tembakan Israel. Layanan ambulans Bulan Sabit Merah Palestina mengatakan pelempar batu bentrok dengan tentara.
Pelempar batu diduga adalah warga Arab Israel dan laporan mengatakan ayahnya adalah seorang penduduk Nablus. Militer mengatakan tersangka tidak ditangkap dalam operasi tersebut dan tujuh orang ditahan untuk diperiksa.
Pada Selasa, pasukan Israel membunuh seorang pria Palestina bersenjata di Desa Yamoun di Tepi Barat dan mengatakan bahwa dia adalah pimpinan sel militan yang bertanggung jawab atas penyergapan dimana seorang pemukim Yahudi ditembak mati pada 9 Januari.
Israel telah mencari anggota akhir dari sel tersebut, yang dikatakan membunuh Rabi Raziel Shevah. Pasukan komando telah membunuh salah satu orang bersenjata yang terlibat dan menangkap satu orang lain.
Sementara itu, menurut Xinhua, puluhan anak Palestina berunjuk rasa di Kota Gaza pada awal bulan untuk menyerukan campur-tangan internasional guna mengakhiri krisis ekonomi yang bertambah parah di daerah kantung Palestina yang dikepung Israel itu.
Sebagai bagian dari kegiatan yang diluncurkan oleh Koalisi Badan Amal Palestina di Jalur Gaza dengan tema "Selamatkan Gaza", anak-anak Palestina mengibarkan spanduk yang mengutuk pengepungan Israel. Mereka mendesak Israel membuka tempat penyeberangan Jalur Gaza dan menyerukan akses lebih besar ke air minum yang aman, listrik dan perawatan kesehatan yang layak.
Jalur Gaza, tempat tinggal lebih dari dua juta orang Palestina, menghadapi kekurangan parah layanan dasar akibat pemadaman listrik hampir seharian dan polusi air minum.
Kemerosotan ekonomi diperparah oleh perpecahan internal yang berlangsung antara Gerakan Perlawanan Islam (HAMAS) --menguasai Jalur Gaza sejak 2007, dan Pemerintah Palestina, yang berpusat di Kota Ramallah, Tepi Barat Sungai Yordan. Sejumlah pegawai perusahaan kebersihan di Jalur Gaza baru-baru ini mengumumkan rencana berunjuk rasa satu jam sehari karena belum menerima gaji selama empat bulan.