Kamis 08 Feb 2018 19:37 WIB

Beijing Tuntut Malaysia Kembalikan Muslim Uighur

Pemimpin etnis Uighur yang diasingkan Rebiya Kadeer agar mereka tidak dikembalikan.

Muslim Uighur terus mendapat tekanan pemerintah Cina.
Foto: Ibtimes.com
Muslim Uighur terus mendapat tekanan pemerintah Cina.

REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR (REUTERS) - Sebelas etnis Muslim Uighur dari China yang hilang sejak pelarian dramatis mereka dari penjara Thailand tahun lalu, telah ditahan di Malaysia,  Beijing menginginkan mereka kembali. Kabar ini menurut sumber yang mengetahui masalah tersebut kepada Reuters yang dilasir straits times.

Dua puluh orang Uighur keluar dari sebuah sel dekat perbatasan Thailand-Malaysia pada bulan November dengan menggali lubang di dinding dan menggunakan selimut sebagai tangga. Pelarian tersebut merupakan bagian dari kelompok yang terdiri lebih dari 200 orang Uighur yang ditahan di Thailand pada tahun 2014.

Anggota kelompok tersebut mengidentifikasi diri mereka sebagai warga negara Turki dan meminta untuk dikirim ke Turki. Namun lebih dari 100 orang dipaksa kembali ke China pada bulan Juli 2015, sebuah langkah yang memicu kecaman internasional, termasuk dari kelompok hak asasi manusia yang takut dapat menghadapi penyiksaan di China.

Malaysia mengatakan mereka telah menangkap salah satu warga Uighur yang telah melintasi perbatasan ke negara bagian utara Kedah dua hari setelah pelarian.  Dia akan diserahkan ke Thailand. Namun negara berpenduduk mayoritas Muslim di Asia Tenggara belum mengungkapkan penangkapan Uighur lebih jauh sejak saat itu.

Beijing menuduh ekstremis separatis di kalangan minoritas Uighur merencanakan serangan terhadap mayoritas Han di China di wilayah barat Xinjiang yang bergolak dan daerah lain di China.

China pun telah dituduh melakukan pelanggaran hak di Xinjiang, penyiksaan terhadap tahanan Uighur dan kontrol ketat terhadap agama dan budaya mereka. Para pelarian ini menyangkal melakukan kesalahan. Selama bertahun-tahun, ratusan, mungkin ribuan, orang Uighur telah lolos dari kerusuhan di Xinjiang dengan bepergian secara sembunyi-sembunyi melalui Asia Tenggara ke Turki.

Tiga sumber yang tidak ingin diidentifikasi karena sensitivitas masalah tersebut mengatakan Malaysia telah menahan 11 orang Uighur dalam beberapa pekan terakhir di utara negara tersebut. Mereka mengatakan China sedang dalam pembicaraan dengan Malaysia mengenai deportasi mereka. Beberapa misi asing di Barat mencoba menghalangi mereka mengirim orang Uighur ke China, kata sumber-sumber tersebut.

"Mereka (Malaysia) berada di bawah tekanan besar dari China untuk menyerahkan mereka ke China dan tidak ke Thailand," kata salah satu sumber.

Kementerian dalam negeri Malaysia dan departemen perdana menteri tidak menanggapi permintaan Reuters untuk dimintai komentar.Kementerian luar negeri China juga tidak segera menanggapi pesan faks yang meminta komentar.

Ketika ditanya tentang orang Uighur yang ditahan, juru bicara Kementerian Luar Negeri China Geng Shuang mengatakan bahwa dia tidak mengetahui kasus tersebut.

Geng mengatakan pada sebuah konferensi pers bahwa pada prinsipnya, memerangi imigrasi ilegal merupakan konsensus masyarakat internasional. "China akan terus memperdalam kerja sama penegakan hukum dan keamanan dengan negara-negara yang relevan dan akan memberantas kegiatan imigrasi ilegal sesuai dengan hukum, untuk bersama-sama melindungi keamanan dan stabilitas regional. Ini sesuai dengan kepentingan bersama semua pihak, "katanya.

Pada bulan September, wakil perdana menteri Ahmad Zahid Hamidi mengatakan bahwa Malaysia sejak tahun 2011 menahan 29 orang Uighur yang terlibat dengan Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS) dan mendeportasi mereka ke China, Itu laporan kantor berita negara Malaysia Bernama.

Pada 2014, Malaysia menahan 155 orang Uighur, lebih dari separuh dari mereka adalah anak-anak, yang ditemukan dijejali dua apartemen di ibu kota, Kuala Lumpur. Tidak jelas apakah mereka dikirim ke China.

Dua sumber mengatakan Malaysia belum membuat keputusan apakah akan mengirim 11 baru-baru ini ke China, sementara sumber ketiga mengatakan bahwa deportasi ke China kemungkinan terjadi.

"Malaysia mungkin enggan menyerahkan orang Uighur ke China karena "kurangnya transparansi" mengenai apa yang terjadi pada mereka yang dikirim kembali sebelumnya, " ujar satu sumber mengatakan.

Pemimpin etnis Uighur yang diasingkan Rebiya Kadeer meminta Thailand dan negara mana pun yang mungkin akan mencari orang-orang Uighur untuk memperlakukan mereka sesuai dengan hukum internasional. Dan tidak menyerahkannya ke China.

sumber : straittimes.com
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement