REPUBLIKA.CO.ID,GANGNEUNG -- Organisasi Pariwisata Korea (KTO) telah membatalkan rencana untuk menyediakan ruang shalat berjalan di Gangneung, Korea Selatan (Korsel), selama perhelatan Olimpiade Musim Dingin 2018. Pembatalan dilakukan setelah rencana tersebut mendapat tentangan keras dari para aktivis anti-Muslim.
Sebanyak 0,2 persen atau 51 juta jiwa dari populasi Korsel adalah Muslim. Atas pertimbangan itu, KTO sebelumnya telah memutuskan untuk menyediakan ruang shalat yang bisa berpindah-pindah, untuk mempromosikan 'Korea yang bersahabat dengan Muslim' selama Olimpiade.
Rencana ini juga bertujuan untuk meningkatkan jumlah wisatawan Muslim. Namun, penentangan yang kuat dari kelompok anti-Muslim membuat KTO Kota Gangneung membatalkan rencananya.
"Kami mendapat tentangan keras dari beberapa kelompok agama dan mereka mengancam akan melakukan demonstrasi selama Olimpiade Musim Dingin. Kami telah duduk bersama mereka untuk melakukan pembicaraan, tetapi pada akhirnya kami harus membatalkan rencana ini," kata Kepala Dinas Pariwisata Kota Gangneung, Kang Suk-ho, kepada Aljazirah.
Kang juga mengatakan dia tidak mengharapkan adanya serangan yang ekstrem dari kelompok tersebut, yang dapat menganggu jalannya Olimpiade. Kota Gangneung akan menjadi tuan rumah bagi cabang olah raga Olimpiade Musim Dingin yang diselenggarakan di dalam ruangan.
"Kami pikir akan menyenangkan jika kami bisa menawarkan fasilitas ruang shalat di stasiun Gangneung. Pembatalan rencana ini sangat disesalkan," jelasnya.
Direktur KTO Kim Yeong-Ju sebelumnya telah mengatakan ruangan itu merupakan ruang ibadah multi-agama. Namun, kelompok anti-Muslim Pyeongchang Olympics Gangwon Citizens' Islam Countermeasure Association masih mempertanyakan maksudnya.
"Jika ruangan itu diperuntukkan bagi orang-orang dari semua agama, mengapa mereka memiliki tempat wudhu? Dari apa yang saya dengar dari orang Mesir, ada kasus luar biasa ketika umat Islam tidak shalat, misalnya saat mereka sedang naik pesawat atau mengemudi. Jadi hal yang sama harus diterapkan selama Olimpiade," ujar kelompok tersebut.
Kelompok tersebut juga telah mengumpulkan lebih dari 56 ribu tanda tangan petisi daring yang menentang penyediaan ruang shalat. "Pemerintah telah menghabiskan terlalu banyak uang di Olimpiade dan kita seharusnya tidak menghabiskan lebih banyak uang lagi untuk ruang shalat," tambah kelompok itu.
Federasi Muslim Korea (KMF) menyatakan kekecewaannya atas keputusan pembatalan tersebut. Organisasi ini mengatakan Olimpiade harus merangkul semua negara, ras, budaya, dan agama untuk mencapai harmonisasi.
"Keputusan ini menunjukkan kita, sebagai negara tuan rumah, tidak memiliki pemahaman yang matang. Alih-alih mengklaim bahwa penyediaan ruang shalat adalah perlakuan istimewa yang diberikan pada agama tertentu, kita perlu meningkatkan kesadaran untuk mempertimbangkan nasib orang lain yang memiliki keyakinan dan kepercayaan yang berbeda," ujar Lee Ju-hwa, perwakilan KMF.
Korsel telah mengalami peningkatan jumlah wisatawan Muslim dalam beberapa tahun terakhir. Menurut KTO, kenaikan jumlah wisatawan Muslim pada 2016 tercatat sebesar 33 persen dibandingkan tahun sebelumnya, dan jumlahnya mencapai 1,2 juta pada akhir 2017.
Dengan memanfaatkan potensi ekonomi ini, Korsel juga telah meningkatkan jumlah sertifikat halal untuk restoran dengan menyediakan ruang shalat. Seoul Tourism Organization turut mempromosikan serangkaian video yang menampilkan restoran Muslim di sekitar ibu kota.