REPUBLIKA.CO.ID, BRISBANE -- Para petani bunga matahari di Queensland, Australia banyak yang kesal dengan ribuan turis yang mendatangi kebun mereka untuk swafoto karena merusak lahan dan tanaman mereka. Para turis itu disebutkan tidak saja masuk dan berjalan di area kebun namun juga meninggalkan sampah, dan bahkan ada yang mencuri bunga matahari untuk dibawa pulang.
Salah seorang petani itu Craig Smith dari perkebunan Nobby di Darling Downs, sekitar 279 Km dari ibu kota Queensland, Brisbane mengatakan selama beberapa pekan terakhir dia harus mengusir ratusan turis dari ladang miliknya. "Mereka banyak merusak karena berjalan di sela-sela tanaman, sehingga banyak tanaman rusak, membuat tanah jadi keras, memetik bunganya dan membawa pulang," katanya.
Smith mengatakan selama dua musim terakhir hal ini menjadi masalah dan memperkirakan media sosial yang menyebabkan semua hal tersebut. "Para turis tampak dianjurkan datang untuk berfoto ria, dan kami senang saja mereka datang untuk swafoto, namun kami tidak senang mereka berjalan ke sana kemari di kebun, membuang sampah dan memetik bunganya, hal sudah saya saksikan beberapa kali." katanya.
Kunjungan ke kebun dianjurkan
Banyak turis yang harus menghabiskan waktu selama beberapa jam untuk bisa mencapai kebun bunga matahari tersebut, untuk berswafoto, terutama di antara jajaran bunga matahari. Pusat informasi di kawasan dan media sosial sudah memberikan informasi mengenai kemana saja mereka bisa pergi dan kebun dimana bunga matahari sedang mekar.
Kompetisi yang diadakan Southern Queensland Country Tourism menawarkan hadiah 2.500 dolar Australia (sekitar Rp 25 juta) bagi foto terbaik yang diambil di kawasan Queensland Selatan.
Dan seperti disebutkan dalam akun FB mereka di akhir Januari, swafoto bersama bunga matahari sudah menjadi hal yang paling banyak dilakukan untuk kompetisi ini. Ketua Asosiasi Pengusaha Bunga Matahari Australia Kevin Charlesworth, mengatakan adalah hal yang sedikit keterlaluan melihat para turis berjalan seenaknya di perkebunan bunga matahari.
Dia malah menyarankan para petani memasang pagar dan menarik bayaran dari mereka yang hendak masuk ke sana. "Media sudah menulis mengenai betapa cantiknya bunga matahari dan mereka memang cantik," katanya.
"Sebagai pemilk lahan, kita tidak bisa menyalahkan orang yang ingin mengambil foto, namun mereka yang datang harus mengetahui masuk ke kebun orang lain adalah tindakan melanggar hukum," ujarnya.
"Mungkin sebaiknya mereka meminta izin kepada pemilik untuk masuk. Ini seperti kalau anda memiliki kebun bagus di pinggir kota, Anda tidak akan senang bila ada orang yang masuk begitu saja. Jadi mereka harus menyadari hal tersebut dan mengambil foto dari jauh dan tahu apa yang mereka lakukan," katanya.
Juga ada bahaya biosecurity
Charlesworth mengatakan meski turis yang datang tidak banyak memberikan ancaman biosecurity, namun ancaman itu tetap ada dan perlu mendapat perhatian. "Banyak orang datang dari kota sehingga mereka tidak pernah menginjak lahan perkebunan orang dimana kedatangan mereka bisa membawa penyakit atau bibit tumbuhan liar. Jadi ada ancaman walau kecil," katanya.
Sementara itu petani bunga matahari Craig Smith mengatakan juga diperlukan penyebaran informasi karena banyak turis tidak mengerti mengapa petani menanam bunga matahari. "Banyak diantara mereka berpikir kami hanya memotong bunganya dan menjualnya di pasar, dan mereka juga tertarik mengetahui apa kegunaan bunga matahari," kata Smith.
"Tampaknya ada kebutuhan atau ada pasar dimana kami bisa membuka pintu bagi turis untuk datang, dan mereka harus membayar dimana kami menjelaskan segala sesuatu mengenai bunga matahari, jadi ini menambah pengetahuan mereka." tambah Smith.
Lihat beritanya dalam bahasa Inggris di sini