Senin 12 Feb 2018 01:45 WIB

Aktivis HAM Pakistan, Asma Jahangir Meninggal Dunia

Dia dilaporkan terkena serangan jantung dan dibawa ke rumah sakit

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Hazliansyah
Bendera Pakistan
Bendera Pakistan

REPUBLIKA.CO.ID, PAKISTAN -- Aktivis hak asasi manusia dan pengacara terkemuka Pakistan, Asma Jahangir meninggal dunia di usia 66 tahun. Dia dilaporkan menderita serangan jantung dan dibawa ke rumah sakit.

Berbagai ucapan bela sungkawa dan kesedihan muncul untuk Jahangir.

Perdana Menteri Shahid Khaqan Abbasi memimpin penghormatan untuk Jahangir. Mengatakan bahwa kematiannya adalah kerugian besar bagi persaudaraan hukum, dan berdoa untuknya dan keluarganya.

Kepala negara bagian Punjab, Shehbaz Sharif mencuit di Twitter bahwa dia sangat sedih mendengar berita tersebut. Pemenang Hadiah Nobel Perdamaian Malala Yousafzai menyebut Jahangir sebagai penyelamat demokrasi dan hak asasi manusia.

Direktur Amnesty International South Asia Omar Waraich mengatakan bahwa Jahangir tidak pernah goyah. Sementara Raza Ahmad Rumi dari Pakistan Daily Times menyebutnya pahlawan.

Pengacara terkemuka Pakistan lainnya, Salman Akram Raja, mencuit di Twiiter bahwa Jahangir adalah "manusia paling berani yang pernah saya kenal" dan bahwa dunia "kurang" tanpanya.

Aktivis pro-demokrasi ini memperjuangkan hak-hak perempuan sepanjang kariernya. Dia dipenjara pada tahun 1983 dan ditahan dalam tahanan rumah pada tahun 2007.

Dilansir dari BBC, Senin (12/2) disebutkan, lima tahun yang lalu, dokumen yang bocor menunjukkan bahwa beberapa perwira intelijen telah merencanakan untuk membunuhnya.

Jahangir meminta penyelidikan pada saat itu, menuntut pemerintah untuk menemukan kekuatan yang ingin membungkamnya. Baru-baru ini dia berbicara menentang wartawan BBC Persia yang diadili di Iran, sebagai bagian dari perannya sebagai pelapor khusus PBB untuk hak asasi manusia di Iran.

Dalam kariernya, Jahangir adalah pembela hak asasi manusia dan hak asasi perempuan, aktivis pro-demokrasi, dan dinominasikan untuk Hadiah Nobel Perdamaian pada tahun 2005. Dia bekerja sama dengan saudaranya Hina Jilani dalam banyak upayanya.

Pada tahun 2014 Jahangir mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa dia telah melihat perubahan dalam persepsi hak asasi manusia di Pakistan.

"Dulu ada saatnya hak asasi manusia bahkan tidak menjadi masalah di negara ini. Kemudian hak tahanan jadi masalah."

"Hak-hak perempuan dianggap sebagai konsep Barat. Sekarang orang membicarakan hak-hak perempuan." kata Jahangir.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement