REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Filipina kemungkinan bisa beralih ke produsen pertahanan non-Barat termasuk Cina dan Rusia untuk membeli 16 helikopter, usai membatalkan kesepakatan senilai sekitar Rp 3 triliun dengan Kanada, kata Menteri Pertahanan Filipina Delfin Lorenzana, Senin (12/2).
Menteri Perdagangan Kanada Francois-Philippe Champagne, telah memerintahkan peninjauan ulang atas pembelian tersebut karena adanya kekhawatiran tentang tujuan penggunaan helikopter tersebut. "Kami melihat Korea, Rusia, Cina, Turki dan negara-negara lain untuk pengadaan helikopter angkut menengah sebagai pengganti Bell 412EPI dari Kanada. Kami kembali ke titik awal dalam proses pengadaan ini," kata Lorenzana kepada wartawan.
Butuh waktu sekitar dua tahun untuk menegosiasikan kesepakatan tersebut. Kontrak untuk 16 helikopter tempur tersebut merupakan pemesanan ulang, katanya, setelah Kanada mengirimkan delapan helikopter Bell 412 senilai sekitar Rp 1,2 triliun pada 2014.
Lorenzana menandatangani kesepakatan helikopter dengan Kanada pada minggu lalu di Singapore Air Show, namun Kanada memerintahkan sebuah peninjauan setelah mengetahui alutsista tersebut akan digunakan dalam operasi anti-pemberontak. "Saya pikir ada kedengkian yang sedang dinaikkan," kata Lorenzana kepada wartawan.
"Ini bukan helikopter serang tapi heli angkut kelas menengah, yang berarti untuk mengangkut personel dan persediaan. Kami tidak meminta ini secara gratis tapi kami membelinya, kami tidak perlu membenarkan bagaimana kami akan menggunakan peralatan ini," katanya.
Presiden Rodrigo Duterte membatalkan kesepakatan pada Jumat malam karena kondisi yang diberlakukan oleh Kanada, mengatakan kepada jenderalnya untuk tidak membeli dari Amerika Serikat dan Kanada karena kondisi yang dipaksakan pada penjualan senjata.
Pejabat Angkatan Udara mengatakan helikopter Kamov buatan Rusia dan Seri Z dari Cina adalah tipe yang sebanding dengan heli angkut menengah Bell 412. Heli Surion buatan Korea Selatan juga menjadi pilihan.
Sebelumnya, Kepala perencanaan militer Filipina Mayor Jenderal Restituto Padilla, Selasa (6/2), mengatakan helikopter tersebut akan digunakan untuk gerakan keamanan dalam negeri militer serta dapat ditempatkan dalam pencarian, penyelamatan dan bantuan bencana. Helikopter Bell 412EPI dijadwalkan akan dikirim awal tahun depan karena militer Filipina bersiap untuk meningkatkan operasi melawan pemberontak Islam dan komunis.