REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Pemerintah Irak membutuhkan dana sebesar 88,2 miliar dolar AS untuk membangun kembali negaranya setelah tiga tahun berperang melawan ISIS. Pembangunan perumahan atau permukiman untuk masyarakat merupakan hal yang paling mendesak.
Para pendonor dan investor telah berkumpul di Kuwait pekan ini membahas upaya rekonstruksi infrastruktur dan ekonomi Irak pascakonflik. Dalam pertemuan di Kuwait Menteri Perencanaan Irak Salman al-Jumaili mengatakan pentingnirak, isisya segera membangun kembali Irak setelah peperangan memporak-porandakan negara tersebut.
"Membangun kembali Irak memulihkan harapan untuk negara tersebut. Dan memulihkan stabilitas Irak, menstabilkan negara-negara di kawasan dan dunia," kata Salman, seperti dilaporkan laman Al Arabiya, Senin (12/2).
Dalam foto yang diambil fotografer dari Badan Antiterorisme Irak, Ahad, 19 Juni 2016 ini menunjukkan bendera Irak berkibar di Fallujah. Pasukan Irak merebut kota tersebut setelah dua tahun dikuasai ISIS.
Direktur Jenderal Kementerian Perencanaan Negara Irak Qusaay Abdul Fatah yang juga hadir dalam konferensi di Kuwait mengatakan, negaranya setidaknya membutuhkan dana sekitar 88 miliar dolar AS untuk rekonstruksi infrastruktur. "Sekitar 22 miliar akan dibutuhkan dalam jangka pendek dan 66 miliar dolar AS dalam jangka menengah," ucapnya tanpa memerinci ke mana saja dana tersebut akan dialokasikan.
Irak telah menerbitkan daftar sekitar 157 proyek yang membutuhkan suntikan dana dari investor swasta. Proyek tersebut mencakup pembangunan kembali fasilitas yang hancur seperti bandara, pengadaan sarana transportasi, pembangunan perumahan atau permukiman, rumah sakit, sekolah, jalan, telekomunikasi, dan lain-lain.
Pembangunan perumahan merupakan yang paling mendesak. Sekitar 138 ribu unit rumah telah rusak dan setengahnya hancur total. "Sekitar 2,5 juta warga Irak masih tergusur akibat pertempuran," ungkap Mustafa al-Hiti yang mengelola Dana Rekonstruksi Irak saat menghadiri konferensi di Kuwait.
Dalam pertemuan tersebut, organisasi non-pemerintah berjanji memberi bantuan kemanusiaan sebesar 330 juta dolar AS kepada Irak. Adapun delegasi AS yang hadir di konferensi Kuwait mengatakan negaranya tidak bisa menjanjikan dana apa pun untuk Irak. AS yang selama ini memimpin pasukan koalisi telah membantu Irak memerangi milisi.
Irak mengumumkan kemenangan atas ISIS pada Desember tahun lalu. Pengumuman dilakukan setelah Irak berhasil merebut kembali semua wilayah yang dikuasai ISIS pada 2014 dan 2015.