REPUBLIKA.CO.ID, PARKLAND — Biro Investigasi Federal (FBI) mengakui gagal bertindak atas sebuah petunjuk bahwa Nicolas Cruz, remaja yang dituduh membunuh 17 orang di Florida, memiliki senjata api dan berniat melakukan pembunuhan. Cruz sekarang ini menjadi tersangka kasus penembakan massal menggunakan senapan penyerang model AR-15 di Florida pada Rabu (14/2).
FBI mengatakan petunjuk soal Cruz itu seharusnya disampaikan kepada kantor cabang di Miami dan diselidiki, tetapi langkah itu tidak dilakukan. "Kami telah berbicara dengan para korban dan keluarga mereka, dan sangat menyesalkan bahwa hal ini membuat semua pihak yang terdampak tragedi mengerikan tersebut merasa semakin terluka," kata Direktur FBI Christopher Wray dalam pernyataan pada Jumat (16/2).
FBI mengungkapkan seseorang yang dekat dengan Cruz pada 5 Januari menelepon saluran informasi FBI untuk melaporkan kekhawatirannya soal Cruz. FBI mengakui menerima informasi tersebut, tetapi tidak berhasil menghubungkannya dengan Cruz.
"Sang penelepon memberikan informasi soal Cruz memiliki senjata api, keinginan untuk membunuh orang, perilaku tak menentu, unggahan mengkhawatirkan di media sosial serta potensi bahwa ia bisa melakukan penembakan di sekolah," bunyi pernyataan itu.
Petunjuk tersebut tampaknya tidak berhubungan dengan informasi sebelumnya soal komentar yang dilaporkan di Youtube. Dalam kolom komentar di media sosial itu, seseorang bernama Nikolas Cruz menulis, "Saya akan menjadi penembak sekolah profesional."
Kegagalan dalam menindaklanjuti petunjuk itu membuat Gubernur Florida Rick Scott mendesak Wray untuk mundur dari jabatannya sebagai direktur FBI. "Kegagalan FBI dalam mengambil tindakan terhadap si pembunuh ini adalah hal yang tidak dapat diterima," kata gubernur dari Partai Republik tersebut dalam pernyataan.
"Kami secara konsisten menganjurkan langkah 'jika melihat sesuatu (yang ganjil), beri tahu (pihak berwenang)' dan seseorang dengan keberaniannya telah melakukan itu kepada FBI. Dan FBI gagal untuk bertindak."
Tokoh-tokoh Partai Republik lainnya, termasuk Senator Florida Marco Rubio, juga mengecam FBI. Jaksa Agung Amerika Serikat Jeff Sessions mengatakan ia telah memerintahkan agar biro federal itu ditinjau dan Departemen Kehakiman menjalankan prosedur menyangkut penembakan tersebut.
Pembunuhan yang terjadi di Parkland, Miami, itu telah meningkatkan kekhawatiran soal kemungkinan bahwa sekolah gagal memberikan pengamanan. Peristiwa itu juga memunculkan kembali perdebatan di AS soal hak memiliki senjata api, yang dilindungi negara melalui Amandemen Kedua Undang-undang Dasar AS.
Sejumlah pemimpin, termasuk Presiden AS Donald Trump, mengaitkan kekerasan itu dengan penyakit mental, mengesankan bahwa masyarakat memiliki tanggung jawab untuk memperingatkan para petugas jika melihat bahaya. Penembakan tersebut merupakan serangan senjata api paling maut di lingkungan sekolah sejak 2012, yaitu ketika penembakan massal terjadi di Sekolah Dasar Sandy Hook di Newtown, Connecticut, hingga menewaskan 20 murid kelas satu serta enam guru.