Sabtu 17 Feb 2018 19:12 WIB

Khodorkovsky Tak Inginkan Kursi Presiden Putin

Khodorkovsky masih memendam kemarahan terhadap Putin.

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Didi Purwadi
Pemimpin oposisi Rusia, Mikhail Khodorkovsky (kiri)
Foto: AP
Pemimpin oposisi Rusia, Mikhail Khodorkovsky (kiri)

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Pebisnis yang memilih menjadi oposan pemerintah Rusia, Mikhail Khodorkovsky, menyatakan tak berniat menggantikan posisi Vladimir Putin sebagai Presiden Rusia. Namun, ia menyatakan mungkin ada akan di belakang bintang televisi Ksenia Sobchak dalam pertarungan pemilihan presiden (pilpres) Rusia pada Maret 2018 mendatang.

Khodorkovsky menyatakan, sanksi AS dan Eropa terhadap Rusia tidak berguna dan hubungan Putin dengan AS tidak akan membaik dalam waktu dekat. Setelah 10 tahun mendekam di penjara sebagai tahanan politik, Khodorkovsky masih memendam kemarahan terhadap Putin. Karena itu, ia siap menjadi penyokong dana calon presiden alternatif dalam Pilpres Rusia 2018.

Bicara dalam status sebagai eksil, Khodorkovsky menyatakan yang ia inginkan adalah sistem politik baru di Rusia. ''Sayangnya, tak ada orang yang mau dan menjadi solusi dengan menjadi pengganti Putin,'' kata Khodorkovsky seperti dikutip Associated Press, Jumat (16/2).

Khodorkovsky sendiri terlarang untuk ikut serta dalam Pilpres Rusia 2018 karena catatan kriminalnya. Khodorkovsky menyatakan Pilpres Rusia 2018 bukan pemilihan umum karena semua orang sudah tahu hasilnya. Namun, ia tetap meminta warga Rusia datang ke tempat pemungutan suara dan memberikan hak pilih mereka.

Khodorkovsky secara eksplisit mendukung Sobchak. Namun ia ingin Sobchak memperjelas posisinya terlebih dahulu. Sebab majunya Sobchak dalam Pilpres Rusia 2018 dianggap usaha palsu untuk menampilkan adanya oposisi dan kabar soal Pilpres Rusia 2018 yang hambar.

''Saya sendiri belum tahu apakah akan memilih Sobchak atau malah menulisi kertas suara dengan 'Saya muak denganmu, Putin','' ungkap Khodorkovsky.

Banyak warga Rusia yang memandang Khodorkovsky sebagai ningrat perampas kekayaan negara. Namun, banyak juga yang mengaggap Khodorkovsky sebagai eksil terisolasi yang meracau. Meski begitu, efek uang yang Khodorkovsky gelontorkan tak bisa diabaikan dalam menggerakkan oposisi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement