REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Serangan penembakan terhadap sebuah gereja ortodok di Kizlyar, Dagestan, Rusia, pada Ahad (18/2), tidak terkait dengan Islam. Hal tersebut ditegaskan oleh Kepala Checnya Ramzan Kadyrov.
"Seseorang dapat mengatakan dengan pasti bahwa bandit (pelaku penembakan) dan patronnya, seandainya dia memilikinya, tidak memiliki hubungan langsung atau tidak langsung dengan Islam," tulis Kadyrov di Telegram, dikutip laman kantor berita Rusia TASS.
Menurut Kadyrov, kota Kizlyar yang terletak di wilayah Kaukasus Utara Rusia, merupakan daerah yang toleran. Kaukasus Utara selalu menjadi wilayah kerja sama yang erat dan saling pengertian antara Muslim dan Kristen. "Jadi hari ini adalah tugas kita untuk mencegah serangan terhadap warisan, bahwa penghasut dan musuh-musuh Rusia dapat melakukannya," ujarnya.
Ahad kemarin, seorang pria bersenjata berusia 22 tahun memberondong sebuah gereja dengan tembakan. Lima orang tewas akibat insiden ini.
Menurut otoritas setempat, pemuda berusia 22 tahun itu tidak dicari oleh kepolisian disana sebagai anggota kelompok bersenjata atau kaki tangan milisi. Kendati demikian, ISIS telah mengklaim bertanggung jawab atas insiden penyerangan di gereja tersebut.
"ISIS telah bertanggung jawab atas penembakan di provinsi Dagestan, Rusia selatan, yang menewaskan lima orang pada Ahad," kata ISIS melalui situs propagandanya, Amaq.