REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Rakyat Palestina masih terus berjuang meraih kemerdekaan. Indonesia pun menjadi negara yang konsisten mendukung perjuangan Palestina tersebut.
‘’Indonesia merupakan negara yang selalu terdepan membela Palestina,’’ ujar Imam Masjid al-Aqsha Syekh Ekreema Sa'id Sabri saat menghadiri acara 1 Miliar Cinta Palestina, di Gedung Shafira, Kota Bandung, Jawa Barat, Senin (19/2).
Ia mengatakan, Masjid al-Aqsha sempat ditutup oleh Israel belum lama ini. Namun, berkat dukungan dari berbagai bangsa di dunia, khususnya Indonesia, Masjid al-Aqsha bisa kembali digunakan.
‘’Penutupan Masjid al-Aqsha berlangsung selama dua pekan. Indonesia adalah salah satu negara yang terdepan menekan Israel sebagai pihak yang bertanggung jawab dalam penutupan Masjid al-Aqsha,’’ kata Syekh Ekreema. Atas nama rakyat Palestina, ia pun mengucapkan terima kasih kepada bangsa Indonesia.
Selain insiden penutupan al-Aqsha, lanjut Syekh Ekreema, Palestina dan dunia juga digemparkan oleh klaim sepihak Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang menyatakan Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Klaim ini mengundang kecaman internasional.
Dalam masalah Yerusalem pun, menurut Syekh Ekreema, Indonesia hadir sebagai negara yang terdepan menolak klaim sepihak tersebut. Indonesia juga secara terus-menerus memberikan bantuan dan semangat perjuangan kepada rakyat Palestina.
"Dalam upaya merebut kembali Palestina, kami kerja sama juga terutama dengan awak media. Indonesia awak medianya pun intens ikut menyebarkan isu Palestina agar bisa merdeka," ujar dia.
Hingga saat ini, lanjut Syekh Ekreema, Israel masih terus menyerang Palestina, baik dalam skala besar maupun kecil. Oleh karena itu, ia memohon doa dan dukungan dari masyarakat Indonesia agar Palestina bisa segera merdeka dan lepas dari penjajahan Israel.
Terkait hal itu, Yayasan Aman Palestin Indonesia bekerja sama dengan salah satu brand busana Muslim, yakni Mezora menggulirkan sebuah program demi membantu Palestina. Program itu berupa kegiatan penggalangan dana bertajuk 1 Miliar Cinta Palestina.
Direktur Aman Palestin Indonesia Miftahuddin Kamil mengatakan, program ini merupakan bentuk kepedulian yang besar terhadap kondisi Palestina yang saat ini masih memperjuangkan kemerdekaannya. Menurut dia, rakyat Palestina membutuhkan uluran tangan agar tetap bisa bertahan.
"Kerja sama ini satu program dengan Mezora di mana kami, Aman Palestin, memiliki program besar, yakni mengembalikan Masjid Syekh Ijlin di Palestina yang dibom dan hancur pada tahun 2014 dan hingga saat ini belum ada yang membangunkan kembali," kata Miftahuddin usai peluncuran program 1 Miliar Cinta Palestina.
Akibat hancurnya Masjid Syekh Ijlin yang berada di Kota Gaza itu, ratusan jamaah kehilangan tempat beribadah. Karena itu, menurut Miftahuddin, penggalangan dana dengan Mezora ini akan dialokasikan untuk awal pembangunan masjid tersebut. Adapun dana yang dibutuhkan untuk pembangunan masjid tersebut ditaksir mencapai Rp 15 miliar.
"Dana akan kita kumpulkan sampai akhir tahun ini, kerja sama selama satu tahun dengan Mezora. Saat ini, dana terkumpul baru puluhan juta saja. Kita berharap bisa kerja sama dengan institusi lain juga," kata dia.
Head of Mezora, Candra, mengatakan, di Indonesia banyak lembaga dan badan usaha, tetapi belum banyak yang peduli dengan nasib rakyat Palestina yang terjajah. Hal itulah, menurut dia, yang menggugah Mezora berkontribusi menyisihkan sebagian keuntungan untuk membantu Palestina.
"Setelah mencermati penjelasan pengurus Aman Palestin serta mempelajari sepak terjang, terutama aktivitas penggalangan dan penyaluran dana secara langsung, maka kami, manajemen Mezora yang tergabung dalam Shafira Corporation, sepakat bekerja sama dengan Aman Palestin," papar Chandra.
Syekh Ekreema Sa'id Basri menyambut baik program 1 Miliar Cinta Palestina tersebut. Menurut dia, bantuan yang terkumpul dari program ini akan sangat berguna bagi rakyat Palestina. "Program ini sangat baik, dan terima kasih kepada seluruh pihak yang terlibat program ini. Ini juga adalah di antara bentuk jihad kepada Allah SWT.’’
(Pengolah: wachidah handasah).