REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Militer Israel menyerang lokasi pejuang pergerakan bawah tanah Palestina sebagai respons peluncuran roket terhadap Israel. Belum ada laporan jatuhnya korban akibat serangan ini.
Israel melancarkan serangan udara pascaketegangan kembali meningkat di perbatasan Gaza. Militer Israel menyerang berbagai titik di Gaza dalam beberapa hari terakhir yang menewaskan dua pejuang Palestina yang mencoba menginfiltrasi. Israel juga menahan petinggi Hamas yang dianggap bertanggung jawah atas serangan tersebut.
Perbatasan Gaza-Israe secara umum relatif sepi sejak perang 50 hari antara Israel dengan Hamas pada 2014 lalu. Namun, serangan Israel meningkat sejak Presiden AS Donald Trump menyatakan Yerusalem Timur sebagai ibukota Israel.
Juru bicara Komisi Uni Eropa Maja Kocijancic menyatakan konflik Israel-Hamas saat ini memicu kekhawatiran. ''Roket api yang diluncurkan Israel ke Gaza tidak bisa diterima meski UE memahami pula ancaman keamanan yang Israel alami,'' ungkap Kocijancic seperti dikutip Associated Press, Senin (19/2).
Terlepas dari itu, UE berharap ketegangan segera reda dan meminta semua pihak menahan diri. Sebelumnya, dua orang Palestina meninggal pada Sabtu (17/2) malam, setelah pasukan artileri Israel menembak sekelompok pemuda di bagian timur Gaza. Serangan Israel tersebut adalah bagian dari serangan berskala besar yang dilancarkan militer Israel terhadap 18 sasaran di Gaza pada Ahad (18/2) malam.
Serangan Israel pada Ahad (18/2) itu adalah reaksi dari serangan roket dari Gaza dan peledakan bom yang dipasang di pagar antara Israel dan Gaza pada Sabtu (17/2). Empat tentara Israel cedera akibat serangan bom itu.
Israel telah memberlakukan blokade ketat terhadap Jalur Gaza sejak 2007 dan menganggapnya sebagai wilayah yang bermusuhan tepat setelah Hamas melalui kekerasan merebut kendali atas daerah kantung tersebut dan mengusir pasukan keamanan Presiden Mahmoud Abbas.