Selasa 20 Feb 2018 15:10 WIB

Kunjungan Utusan Qatar ke Gaza Diwarnai Unjuk Rasa

Banyak warga Palestina marah dan mencela Al-Emadi serta mengkritik janji Qatar.

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Ani Nursalikah
Direktur UNRWA di Gaza Matthias Schmale (kiri) berjabat tangan dengan utusan Qatar Mohammed Al-Emadi di Jalur Gaza, Senin (19/2).
Foto: AP Photo/Khalil Hamra
Direktur UNRWA di Gaza Matthias Schmale (kiri) berjabat tangan dengan utusan Qatar Mohammed Al-Emadi di Jalur Gaza, Senin (19/2).

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Warga Palestina melakukan unjuk rasa saat utusan Qatar Mohammed Al-Emadi berkunjung ke Jalur Gaza, Senin (19/2). Mereka berkumpul di depan Rumah Sakit Dar Al-Shifa di Gaza, tempat Al-Emadi mengakhiri kunjungannya dengan sebuah konferensi pers.

Banyak warga Palestina marah dan mencela Al-Emadi, serta mengkritik janji-janji kosong Qatar. Mereka juga menyatakan kekecewaannya karena Al-Emadi menolak menanggapi keadaan penduduk Gaza selama konferensi pers.

Al-Emadi hanya memberikan tanggapannya terhadap para staf rumah sakit mengenai gaji mereka yang belum dibayar. Menurutnya, Otoritas Palestina adalah satu-satunya pihak yang berwenang untuk membahas masalah gaji tersebut.

Sejumlah demonstran merobek spanduk bantuan Qatar dan menjatuhkan bendera negara tersebut. Al-Emadi kemudian dibawa pergi dengan kendaraan di bawah pendampingan polisi Hamas. Tidak ada yang terluka dalam demonstrasi itu.

Dalam kunjungannya ke Gaza, Al-Emadi mengumumkan rincian bantuan dana darurat sebesar sembilan juta dolar AS untuk mengatasi kekurangan bahan bakar dan obat-obatan di wilayah itu. Selama ini Qatar telah mempertahankan kontak dengan Hamas dan mengkoordinasikan proyek bantuan rekonstruksi di Gaza.

Bantuan dana darurat Qatar mencakup dua juta dolar AS untuk persediaan medis dan 500 ribu dolar AS untuk bahan bakar yang akan menjalankan generator cadangan di pusat kesehatan masyarakat Gaza selama sebulan. Truk-truk yang penuh dengan bantuan dan dihiasi bendera Qatar dapat dilihat di luar rumah sakit utama Dar Al-Shifa di Gaza.

Staf rumah sakit menunjukkan dukungan mereka selama kunjungan Al-Emadi dengan memegang kertas yang bertuliskan 'Terima kasih, Qatar.' Mereka telah melakukan mogok kerja selama 10 hari untuk menuntut pembayaran gaji dari Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas. Otoritas Palestina dan Abbas terkunci dalam perselisihan mengenai siapa yang bertanggung jawab untuk membayar mereka.

Al-Emadi merinci bantuan dana darurat baru untuk Gaza saat konfrontasi semakin memanas antara Israel dan Gaza dalam beberapa hari terakhir. Pada Senin (19/2) pagi, militer Israel menyerang lokasi infrastruktur bawah tanah Gaza sebagai tindakan pembalasan atas tembakan roket dari Gaza.

Israel telah menyerang berbagai target di Gaza dalam beberapa hari terakhir hingga membunuh dua warga Palestina. Keduanya mencoba menyusup ke Israel setelah sebuah bom di perbatasan mencederai empat tentara Israel.

"Kami mengonfirmasi melalui hubungan kami dengan kedua belah pihak, kami tidak tertarik pada eskalasi atau terlibat dalam konfrontasi yang dapat menyulut ketegangan di seluruh wilayah," ujar Al-Emadi, seperti dilaporkan laman Arab News.

Gaza berada di bawah blokade Israel dan Mesir sejak Hamas merebut kendali atas wilayah tersebut dari Otoritas Palestina yang berbasis di Tepi Barat pada 2007. Pertikaian mengenai pengumpulan uang dan pendapatan telah menghentikan kesepakatan rekonsiliasi antara Fatah yang mendukung Presiden Palestina Mahmoud Abbas dan Hamas yang ditengahi Mesir pada Oktober tahun lalu.

Abbas sejak itu meningkatkan tekanan finansial terhadap Gaza. Hamas mengatakan tekanan tersebut bisa membahayakan fungsi rumah sakit di Gaza.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement