Rabu 21 Feb 2018 14:33 WIB

Kim Jong-un Undang Presiden Korsel ke Pyongyang

Hubungan Korut-Korsel mulai mencair setelah Korut mengirim kontingen Olimpiade.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Ani Nursalikah
Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un.
Foto: AP
Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un.

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Pemimpin tertinggi Korea Utara (Korut) Kim Jong-un telah mengundang Presiden Korea Selatan (Korsel) Moon Jae-in ke Pyongyang untuk memulai pembicaraan perbaikan hubungan kedua negara. Hal ini diungkapkan Menteri Luar Negeri Korsel Kang Kyung-hwa, Rabu (21/2).

Berbicara di depan parlemen Korsel, Kang Kyung-hwa mengatakan pembicaraan untuk memperbaiki hubungan antar-Korea tetap harus dalam kerangka denuklirisasi di Semenanjung Korea. Ini artinya Korut harus meninggalkan proyek rudal dan nuklirnya.

"Hanya ketika denuklirisasi bergerak maju hubungan antar-Korea dapat bergerak maju pula. Peran Amerika Serikat (AS) sangat penting dalam membawa Korut meninggalkan ambisi nuklirnya," ujar Kang Kyung-hwa.

Hubungan antara Korut dan Korsel mulai mencair setelah Pyongyang mengirim kontingennya berpartisipasi dalam Olimpiade Musim Dingin PyeongChang di Korsel. Delegasi Korut yang dipimpin adik perempuan Kim Jong-un, yakni Kim Yo Jong, juga menghadiri upacara pembukaan olimpiade pada 9 Februari lalu.

Selama tiga hari berada di Korsel, Kim Yo Jong dan delegasi lainnya mendapat sambutan dan perlakuan hangat yang hangat. Presiden Moon Jae-in bahkan selalu menemani Kim Yo Jong dan mengajaknya menyaksikan pertunjukan orkestra.

Melihat adiknya diperlakukan demikian, Kim Jong-un menyampaikan rasa terima kasihnya kepada pemerintah Korsel. Ia pun menyinggung tentang perlunya diambil upaya-upaya untuk unifikasi Korea.

Korut dan Korsel terlibat perang pada 1950-1953. Perang tersebut berakhir dengan gencatan senjata. Hingga saat ini, kedua negara belum menandatangani kesepakatan damai.

Hubungan kedua negara kembali memanas sejak Korut mengembangkan rudal nuklirnya. Korsel menilai proyek tersebut merupakan ancaman terhadap stabilitas dan keamanan di Semenanjung Korea.

 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement