Rabu 21 Feb 2018 21:28 WIB

Ratusan Tewas Akibat Pengeboman di Ghouta Timur

Amnesty menyebut pengeboman tanpa henti ini merupakan kejahatan perang.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Teguh Firmansyah
Warga terluka dan terjebak dalam reruntuhan bangunan akibat serangan udara pasukan pemerintah Suriah di Ghouta, pinggiran Damaskus, Suriah, Selasa (20/2).
Foto: Syrian Civil Defense White Helmets via AP
Warga terluka dan terjebak dalam reruntuhan bangunan akibat serangan udara pasukan pemerintah Suriah di Ghouta, pinggiran Damaskus, Suriah, Selasa (20/2).

REPUBLIKA.CO.ID, SURIAH -- Pasukan Suriah yang didukung oleh pesawat tempur Rusia terus menyerang daerah kantong pemberontak Ghouta Timur. Setidaknya 27 orang tewas pada  Rabu (21/2).

Dengan korban baru itu, jumlah kematian warga sipil menjadi lebih dari 270, termasuk 60 anak-anak, selama tiga hari terakhir.

 

Menurut Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia dan Pertahanan Sipil Suriah, warga yang kehilangan nyawa pada Rabu pagi berada di Kota Kafr Batna.

Lebih dari 300 lainnya menderita luka di salah satu serangan paling sengit di wilayah tersebut sejak 2013. Amnesty International menyebut pengeboman tanpa henti ini merupakan kejahatan perang.  Serangan telah menghancurkan enam rumah sakit dan pusat medis di seluruh kota.

 

Baca juga,  Suriah Kirim Pasukan Besar ke Ghouta Timur.

 

"Kami bingung dari mana pengeboman itu datang, entah dari langit atau daratan," ujar Khalid Abulwafa, seorang sopir ambulans dan anggota Pertahanan Sipil Suriah kepada Aljazeera, Rabu (21/2).

"Kami sampai di sebuah lokasi yang telah terkena, dan segera serangan lain menyusul. Kami hanya berlari untuk mengeluarkan sebanyak mungkin orang sebelum terlambat," katanya.

Menurutnya, beberapa serangan menyerang daerah yang berbeda pada waktu yang sama. Pihaknya tidak memiliki kemampuan untuk segera ke semua area sekaligus.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement