Kamis 22 Feb 2018 18:15 WIB

PBB Akui Sulit Capai Kesepakatan Gencatan Senjata di Suriah

Tak ada alternatif selain gencatan senjata untuk membuka pengepungan di Ghouta Timur

Rep: Rizkiyan Adiyudha/ Red: Budi Raharjo
Pemboman wilayah di Suriah Ghouta yang dikuasai gerilyawan terus berlanjut .
Foto: alarabiya.com
Pemboman wilayah di Suriah Ghouta yang dikuasai gerilyawan terus berlanjut .

REPUBLIKA.CO.ID,GENEVA -- Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengaku tidak mudah untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata di Ghouta Timur, Suriah. PBB mengatakan, gencatan senjata dibutuhkan untuk memberikan akses masuk bagi bantuan kemanusiaan ke kawasan terebut.

"Saya harap itu bisa dilakukan mengingat situasi yang sudah sangat mendesak. Saya harap itu bisa terwujud walaupun sulit," kata utusan PBB untuk Suriah Staffan de Mistura, Kamis (22/2).

Dia mengatakan, Dewan Keamanan PBB akan menyepakati jika ada sebuah resolusi yang berisi tentang penghentian sementara perang dan pembukaan kepungan yang dilakukan di Ghouta Timur. Meski demikian, Mistura tidak menjawab lebih rinci saat ditanya dampak jika gencatan senjata tersebut tidak akan terwujud.

Dia hanya mengatakan, PBB akan mendorong hal tersebut untuk dengan segera. Dia sekali lagi menegaskan, tidak ada alternatif lain selain gencatan senjata untuk memberikan akses terhadap bantuan kemanusiaan.

Sebelumnya, PBB mengaku khawatir dengan kondisi warga Suriah di Ghouta Timur meyusul serangan udara yang dilakukan militer Presiden Bashar al-Assad. Ini menyusul jumlah korban dari serangan tersebut yang mencapai lebih dari 100 orang.

"Sekretaris Jendral PBB sangat menyadari akan peningkatan situasi di Ghouta Timur dan dampak mematikannya terhadap warga sipil," kata Juru Bicara PBB Stephane Dujarric.

Serangan udara dan pengeboman di Ghouta Timur dilakukan oleh militer Suriah terhadap kubu gerilyawan. Langkah itu menjadi awal dari serangan militer berskala besar terhadap berbagai kelompok gerilyawan di Ghouta Timur, sisa ancaman terakhir buat Ibu Kota Suriah.

Berdasarkan data PBB, sekitar lebih 100 orang termasuk 13 anak-anak terbunuh atas serangan tersebut. Operasi militer juga menghancurkan lima rumah sakit atau fasilitas medis lainnya di kawasan tersebut. Lebih dari 700 warga membutuhkan evakuasi segara dengan alasan medis.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement