Kamis 22 Feb 2018 18:47 WIB

Sekjen PBB Serukan Dunia Aktif Cegah Pecahnya Krisis

Masyarakat internasional lebih banyak menghabiskan waktu untuk merespons krisis.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Teguh Firmansyah
Sekjen PBB Antonio Guterres.
Foto: EPA
Sekjen PBB Antonio Guterres.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyerukan negara-negara dunia agar lebih aktif mencegah pecahnya sebuah krisis. Menurutnya, pencegahan krisis itu akan berdampak pada kemanusiaan.

"Masyarakat internasional menghabiskan lebih banyak waktu dan sumber daya untuk merespons krisis daripada mencegahnya. Kita harus menyeimbangkan pendekatan kita terhadap perdamaian dan keamanan internasional," kata Guterres kepada Dewan Keamanan PBB dalam sebuah debat mengenai tujuan dan prinsip Piagam PBB pada Rabu (21/2), dikutip laman Xinhua.

Ia menegaskan, salah satu alasan utama didirikannya PBB adalah melakukan semua upaya untuk membantu negara-negara dalam mencegah pecahnya krisis yang berdampak signifikan terhadap kondisi kemanusiaan.  "Dan visi ini melampaui perang, konflik, bencana alam, kerapuhan, dan tekanan lainnya," ujarnya.

Guterres mendorong negara-negara anggota PBB untuk menerima yurisdiksi wajib dari Pengadilan Internasional, organ peradilan utama PBB, serta memanfaatkan pengadilan internasional lainnya guna membantu menyelesaikan dan menghindari perselisihan mereka.

"Piagam PBB menganugerahkan wewenang dan tanggung jawab kepada Dewan Keamanan PBB di bidang pencegahan konflik. Pada saat ini, sangat mendesak bagi Dewan Keamanan untuk menegakkan tanggung jawabnya," kata Guterres.

 

Baca juga, Menlu Prancis: Solusi Konflik Suriah, Lewat Perundingan PBB.

 

Dalam kesempatan tersebut, Guterres turut mengomentari tentang pasukan penjaga perdamaian. Ia menilai pasukan penjaga perdamaian memiliki catatan pelayanan, pengorbanan dan keberhasilan yang solid. Namun, menurutnya, penjaga perdamaian menghadapi tantangan besar.

Guterres menilai seringkali penjaga perdamaian dikerahkan tanpa batas waktu di lingkungan yang berbahaya. "Hanya ada sedikit kedamaian untuk dijaga, tidak ada solusi politik yang terlihat, ada beberapa kelompok bersenjata dan korban meningkat tajam dari serangan terhadap pasukan penjaga perdamaian," katanya menerangkan.

Ia memperingatkan,  menjaga perdamaian bukanlah solusi untuk semua situasi krisis. Konteks yang berbeda mungkin memerlukan tindakan lain.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement