REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pemerintah Amerika Serikat (AS) berencana untuk mengumumkan paket sanksi baru bagi Korea Utara (Korut) pada Jumat (23/2). Sanksi baru ini bertujuan untuk meningkatkan tekanan kepada Pyongyang atas uji coba rudal balistik dan nuklir yang pernah dilakukan negara tersebut.
Presiden AS Donald Trump diperkirakan akan membahas mengenai sanksi baru tersebut dalam sebuah pidato di Conservative Political Action Conference (CPAC). Selanjutnya Departemen Keuangan AS akan menjelaskan mengenai rinciannya.
Seorang pejabat senior pemerintah AS yang berbicara secara anonim mengatakan sanksi baru itu adalah paket sanksi terbesar yang pernah dirumuskan untuk melawan rezim Korut. Namun pejabat tersebut enggan memberikan rincian lebih lanjut.
Wakil Presiden AS Mike Pence telah menyinggung sekilas mengenai rencana ini dua pekan lalu ketika dia berbicara di Tokyo dalam perjalanan ke Korea Selatan (Korsel) untuk menghadiri upacara pembukaan Olimpiade Musim Dingin Pyeongchang. Ia mengatakan sanksi itu akan segera diumumkan.
Baca juga, Korut Kirim Delegasi Tingkat Tinggi ke Penutupan Olimpiade.
Pada Kamis (22/2), Pence telah mengeluarkan retorika keras terhadap Korut dalam sambutannya di pertemuan CPAC di Washington. Dia menyebut Kim Yo-jong, adik perempuan pemimpin Korut Kim Jong-un, sebagai 'pilar utama' dari rezim tersebut.
Kim Yo-jong menghadiri pembukaan Olimpiade di Pyeongchang dan mendapat sambutan khusus dari Presiden Korsel Moon Jae-in, namun dijauhi oleh Pence. Putri Donald Trump, Ivanka Trump yang menjabat sebagai penasihat senior Gedung Putih, dijadwalkan menghadiri penutupan Olimpiade akhir pekan ini.
"Kami berdiri untuk melawan kediktatoran dan kami akan terus berdiri teguh sampai Korut berhenti mengancam negara kami, sekutu kami atau sampai mereka meninggalkan program rudal balistik dan nuklir mereka untuk selamanya," kata Pence.
Duta Besar AS untuk PBB Nikki Haley mengatakan dalam sebuah pidato di University of Chicago, sanksi baru akan sangat berdampak karena Korut akan memiliki lebih sedikit uang untuk mengembangkan program rudal balistiknya.
"Sumber pendapatan mereka mengering. Mengirim pemandu sorak ke Pyeongchang adalah tanda putus asa, bukan kebanggaan nasional," kata Haley.