Sabtu 24 Feb 2018 22:03 WIB

Uni Eropa: Rusia dan Iran Biarkan Kebrutalan Assad

Donald Tusk mendesak Assad hentikan serangannya ke Ghouta Timur.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Esthi Maharani
Bangunan yang hancur akibat pengeboman di Ghouta timur, pinggiran Damaskus, Suriah, Kamis (22/2).
Foto: Ghouta Media Center via AP
Bangunan yang hancur akibat pengeboman di Ghouta timur, pinggiran Damaskus, Suriah, Kamis (22/2).

REPUBLIKA.CO.ID,  BRUSSELS -- Presiden Dewan Eropa Donald Tusk, pada Jumat (23/2), mengatakan Rusia dan Iran membiarkan Presiden Suriah Bashar al-Assad melakukan kebrutalan terhadap warganya. Komentar Tusk ini berkaitan dengan serangan militer Suriah ke Ghouta Timur dalam beberapa hari terakhir dan telah menelan sekitar 400 korban jiwa.

Rezim Assad secara brutal menyerang pria, wanita, dan anak-anak yang tidak bersalah. "Para pendukungnya, yakni Rusia dan Iran, membiarkan ini terjadi," kata Tusk setelah meneggelar pertemuan dengan para pemimpin Uni Eropa di Brussels, Belgia, dikutip laman Anadolu Agency.

Ia pun mendesak Assad dan sekutunya untuk segera menghentikan serangannya ke Ghouta Timur. "Kami mendesak mereka menghentikan kekerasan ini. Uni Eropa meminta gencatan senjata segera dan memberi akses kemanusiaan yang mendesak serta perlindungan warga sipil," ujarnya.

Sebelumnya Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres telah mengomentari eskalasi kekerasan di Ghouta Timur. Menurutnya, daerah tersebut tak ubahnya seperti neraka di muka bumi. "Saya serukan kepada semua pihak yang berperang agar menghentikan pertempuran sesegera mungkin," katanya.

Sejak akhir pekan lalu, pasukan pemerintah Suriah membombardir Ghouta Timur dengan menggunakan bom laras, artileri, dan jenis senjata lainnya. Serangan yang dilakukan dan diklaim untuk menumpas kelompok pemberontak tersebut ternyata turut membunuh warga sipil di sana.

Kelompok Oberservatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (HAM), pada Kamis (22/2), mengatakan serangan selama lima hari di Ghouta Timur telah menyebabkan lebih dari 400 orang tewas. Jumlah tersebut tak hanya mencakup orang dewasa tapi juga anak-anak.

"Lima hari serangan udara dan tembakan artileri yang intens oleh rezim pemerintah dan sekutunya Rusia telah membunuh 403 warga sipil, termasuk di dalamnya 95 anak-anak," kata Obeservatorium Suriah untuk HAM dalam sebuah pernyataan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement