REPUBLIKA.CO.ID, ADEN -- Puluhan orang meninggal dunia dan terluka akibat dua bom bunuh diri yang menggunakan mobil di Kota Pelabuhan Aden, Yaman Selatan pada Sabtu (22/2). Hal ini disampaikan saksi mata dan petugas medis setempat.
Melalui publikasi miliknya Amaq, ISIS mereka mengaku ada di balik kejadian dua bom bunuh diri tersebut. ISIS menyebut dua bom bunuh diri tersebut sebagai operasi yang menargetkan sebuah kamp kontra-terorisme di Distrik Tawahi, Aden.
Aden adalah ibu kota sementara Pemerintah Yaman di bawah pemerintahan Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi yang diakui secara Internasional. Presiden Mansour didukung oleh koalisi Arab yang dipimpin Arab. Pemerintahan Presiden Mansour telah memerangi gerakan Houthi sejak tahun 2015.
Dilaporkan Reuters pada Sabtu (24/2), serangan bom bunuh diri tersebut merupakan yang pertama di Yaman Selatan sejak baku tembak meletus antara separatis dan pemerintahan Presiden Mansour pada Januari 2018. Warga di lokasi kejadian menggambarkan, terjadi dua ledakan besar kemudian asap abu-abu mengepul. Selanjutnya ambulans datang mengevakuasi korban yang terluka.
Seorang pejabat Rumah Sakit Jumhouriya mengatakan, ada lima korban meninggal dunia, mereka kebanyakan dari kalangan tentara. Sejumlah orang termasuk warga sipil juga banyak yang mengalami luka-luka akibat bom tersebut. Mereka semua sudah tiba di Rumah Sakit Jumhouriya. Namun berapa banyak korban yang meninggal dan terluka masih belum dapat dipastikan jumlahnya.
Warga pada awalnya mengatakan, salah satu pelaku bom bunuh diri tersebut menargetkan sebuah kantor Dewan Transisi Separatis Selatan. Namun, anggota Dewan Transisi Separatis Selatan mengatakan tidak ada serangan ke kantornya.
Al Qaeda dan ISIS telah meledakkan perang di Yaman. Sehingga banyak terjadi pembunuhan dan bom meledak. Hampir di semua wilayah Yaman Selatan tidak berhukum, tapi beberapa wilayahnya dikontrol oleh pemerintah.