Ahad 25 Feb 2018 09:36 WIB

AS Tahan Aliran Bantuan, UNRWA Bisa Terima Dana Zakat

UNRWA terpaksa memecat 100 pekerja yang mengurusi pengungsi Palestina.

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Andri Saubani
Warga Palestina mengantri pembagian bahan pangan yang didistribusikan oleh badan bantuan PBB, UNRWA bagi pengungsi di Gaza dan Tepi Barat.
Foto: AP
Warga Palestina mengantri pembagian bahan pangan yang didistribusikan oleh badan bantuan PBB, UNRWA bagi pengungsi di Gaza dan Tepi Barat.

REPUBLIKA.CO.ID, AMMAN -- Pemerintah AS pada 16 Januari lalu telah memutuskan untuk menahan bantuan untuk UNRWA sebesar 65 juta dolar AS dari total 125 juta dolar AS. Keputusan itu dilakukan saat UNRWA tengah kekurangan dana sebesar 49 juta dolar AS, sehingga menyebabkan masalah keuangan yang besar.

Sejak pemotongan dana oleh AS, seperti dilansir Arab News, Sabtu (24/2), UNRWA telah meluncurkan kampanye global bertajuk "Martabat adalah Hal yang tak Ternilai" dan segera mengadakan acara penggalangan dana besar. Direktur lapangan UNRWA di Yordania Roger Davies mengatakan, badan tersebut akan fokus untuk mencoba mendapatkan dukungan dari Bank Dunia, Bank Pembangunan Islam, dan negara-negara lain, khususnya di Asia dan di antara negara anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI).

"Kami telah diakreditasi untuk menerima zakat dan sedang mengejar negara-negara OKI yang memberikan rekomendasi khusus untuk mendukung UNRWA," jelasnya.

Ia mengatakan, meskipun 2,2 juta dari keseluruhan 5,3 juta pengungsi Palestina tinggal di Yordania, badan tersebut hanya menghabiskan 20 persen dari anggarannya di Yordania. Akibat dari pemotongan dana yang dilakukan AS, UNRWA harus memecat lebih dari 100 pekerja sanitasi yang dipekerjakan berdasarkan kontrak.

Davies menuturkan, sanitasi adalah tantangan terbesar di Baqaa, kamp terbesar pengungsi Palestina di Yordania. "PBB harus membuat pengaturan dengan komunitas pengungsi setempat, mendorong sukarelawan, dan memulai kampanye penyadaran untuk meyakinkan pengungsi untuk menggunakan jamban dan tidak membuang sampah di jalanan," kata dia.

"Kami membutuhkan anggaran operasional tahunan sebesar 760 juta dolar AS yang digunakan untuk membayar dokter dan guru, serta biaya operasional lainnya. Di luar itu kami juga meminta dana untuk pembangunan sekolah dan dana darurat terpisah untuk wilayah-wilayah pendudukan dan bagi pengungsi Palestina yang terjebak di dalam krisis Suriah yang harus melarikan diri ke Yordania dan Lebanon. Permohonan dana konstruksi dan dana darurat naik sampai 800 juta dolar AS lagi," papar dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement