Rabu 28 Feb 2018 14:59 WIB

Iran Bangun Pangkalan Militer Baru di Suriah

PM Israel ingatkan Iran agar tak bangun pangkalan militer.

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Teguh Firmansyah
Pasukan Elit (Garda Revolusi) Iran
Pasukan Elit (Garda Revolusi) Iran

REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Iran dilaporkan telah membangun pangkalan militer permanen baru di dekat ibu kota Damaskus, Suriah.  Pangkalan militer itu dilengkapi dengan hanggar yang digunakan untuk menyimpan rudal yang mampu menyerang wilayah Israel.

Gambar satelit eksklusif dari ImageSat International yang diperoleh Fox News menunjukkan, pangkalan Iran tersebut terletak delapan mil di sebelah barat laut Damaskus. Pangkalan dioperasikan oleh Pasukan Quds, cabang operasi khusus Garda Revolusi Iran.

Gambar satelit menampilkan, dua hanggar putih baru, masing-masing berukuran 27 meter dan 18 meter. Hanggar-hanggar ini digunakan untuk menyimpan rudal jarak pendek dan rudal jarak menengah.

Di Capitol Hill pada Selasa (27/2), komandan tertinggi militer AS untuk pasukan Amerika di Timur Tengah Jenderal Joseph L Votel, mengatakan Iran telah meningkatkan jumlah dan kualitas rudal balistiknya.

Menurutnya, Iran juga telah meningkatkan pendanaannya untuk pasukan sekutu di Timur Tengah sejak ada kesepakatan nuklir pada Juli 2015, termasuk mengirim rudal, militan, dan senjata lainnya ke Yaman dan Suriah.

"Melawan Iran bukanlah salah satu misi koalisi pimpinan AS di Suriah. Fokus sekitar 2.000 tentara AS di Suriah tetap untuk melawan ISIS dan mencegah kelompok teror itu untuk bangkit lagi," kata Votel.

Votel mengatakan, dalam lima tahun terakhir Iran berhasil menciptakan jaringan sekutu di Yaman serupa dengan yang mereka lakukan selama 20 tahun di Lebanon dengan Hizbullah.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memperingatkan Teheran untuk tidak membangun pangkalan militer baru di Suriah, sebulan sebelum Israel melakukan serangan di sana. "Israel tidak akan membiarkan hal itu terjadi," kata Netanyahu.

Pada Selasa (27/2), The New York Times melaporkan isi sebuah laporan setebal 200 halaman dari panel ahli PBB yang menguraikan bagaimana Korut telah mengirim komponen terlarang ke Suriah untuk dijadikan senjata kimia. Ini bukan kali pertama Korut dituduh mendukung senjata pemusnah massal Suriah.

Mantan Wakil Presiden AS Dick Cheney mengatakan, pada 2007 dia tidak berhasil meyakinkan Presiden George W Bush untuk mengebom sebuah reaktor nuklir di timur laut Suriah di al-Kibar. Reaktor tersebut diduga dibangun dengan bantuan dari Korut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement