Rabu 28 Feb 2018 16:52 WIB

Rusia: Pemberontak di Ghouta Halangi Bantuan Kemanusiaan

Gencatan senjata di Ghouta Timur dimulai dari pukul 09.00 pagi sampai pukul 14.00.

Rep: Rizkyan Adiyudha/ Red: Teguh Firmansyah
Kelompok gerilyawan Suriah Failaq al-Rahman saat baku tembak dengan pasukan pemerintah di Damaskus, Suriah. Kebanyakan gerilyawan di Ghouta berasal dari kelompok tersebut.
Foto: Failaq al-Rahman, via AP
Kelompok gerilyawan Suriah Failaq al-Rahman saat baku tembak dengan pasukan pemerintah di Damaskus, Suriah. Kebanyakan gerilyawan di Ghouta berasal dari kelompok tersebut.

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan, kelompok militan di Ghouta Timur, Suriah menghalangi masuknya bantuan kemanusiaan dan evakuasi warga. Hal tersebut diasampaikan kepada Dewan Hak Asasi Manusia (HAM) PBB di Jenewa, Swiss.

Dia mengatakan, gangguan itu terjadi di koridor kemanusiaan yang dibentuk Moskow. Dia meminta anggota koalisi Amerika Serikat (AS) untuk memastikan akses kemanusiaan juga masuk ke terhadap wilayah-wilayah yang berada di bawah kendali mereka.

"Termasuk kamp pengungsi Rukban dan seluruh wilayah di sekitar al-Tanf," kata Sergei Lavrov kepada forum Jenewa, Rabu (28/2).

Rusia telah memerintahkan untuk membuka akses bagi bantuan kemanusiaan yang masuk ke kawasan tersebut. Rusia mengatakan, akan membuat koridor evakuasi dan akan menerapkan gencatan senjata harian selama lima jam setiap hari di Ghouta timur.

Gencatan senjata di Ghouta timur dari pukul 09.00 pagi sampai pukul 14.00 setiap hari. Kebijakan ini dilakukan untuk memungkinkan warga sipil meninggalkan wilayah tersebut.

Kendati, Komite Internasional Palang Merah (ICRC) mengatakan jeda kemanusiaan selama lima jam per hari itu tidak cukup memberikan bantuan kemanusiaan ke kawasan tersebut. Lembaga itu menilai waktu lima jam terlalu pendek untuk menyelamatkan nyawa warga sipil yang terancam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement