Kamis 01 Mar 2018 17:07 WIB

Rusia Minta PBB Kirim Utusan Pemantau Situasi di Raqqah

Koridor kemanusiaan di Raqqah akan dibuat menyusul gencatan senjata.

Rep: Rizkyan Adiyudha/ Red: Nur Aini
Bangunan yang hancur akibat pengeboman di Ghouta timur, pinggiran Damaskus, Suriah, Kamis (22/2).
Foto: Ghouta Media Center via AP
Bangunan yang hancur akibat pengeboman di Ghouta timur, pinggiran Damaskus, Suriah, Kamis (22/2).

REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu meminta Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk mengirim utusan guna memantau situasi kemanusiaan ke kota Raqqah, Suriah utara. Dia mengatakan, Rusia berencana membuka koridor kemanusiaan dari Al-Tanf dan Rukban.

Seperti dilaporkan PressTV, Kamis (1/3) Sergei Shoigu mengatakan, Raqqah saat ini berada di bawah kekuasaan militan Kurdi yang disponsori AS tahun lalu. Mereka berhasil mengusir teroris Daesh ke luar kota dan menyerahkan kendali Raqqah kepada pemerintah Damaskus.

Koridor kemanusiaan di Raqqah akan dibuat menyusul gencatan senjata harian yang disepakati Rusia di Ghouta Timur. Gencatan senjata dilakukan guna memberikan akses kepada bantuan kemanusiaan masuk ke kawasan dan mengevakuasi warga sipil.

Shoigu mengatakan, 80 persen bangunan di Raqqah hancur menyusul serangan AS dan sekutunya untuk mengusir teroris Daesh. Dia mengatakan, saat ini pasokan air dan energi bagi warga yang berada dilokasi itu terputus.

Kepada Dewan HAM PBB, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengatakan, negaranya telah melakukan peran untuk menghentikan serangan di Ghouta Timur. Lavrov mendesak pihak yang membetuk koalisi dengan AS untuk memberikan jaminan akses kemanusiaan serupa di lokasi tersebut.

Rusia meminta akses kemanusiaan yang sama diberikan terhadap wilayah-wilayah yang berada di bawah kendali mereka, termasuk kamp pengungsi Rukban dan seluruh wilayah di sekitar al-Tanf.

Sebelumnya, Rusia mengatakan kelompok militan yang berada di Ghouta Timur, Suriah menghalangi masuknya bantuan kemanusiaan dan evakuasi warga. Mereka mengatakan, gangguan itu terjadi di koridor kemanusiaan yang dibentuk Moskow.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement