REPUBLIKA.CO.ID, DHAKA -- Pemerintah Bangladesh telah memberitahu Myanmar untuk menarik mundur pasukannya dari perbatasan. Dimana di lokasi tersebut ribuan pengungsi Rohingya banyak berlindung.
Lebih dari 5 ribu orang meninggal di sebidang tanah yang menjadi batas antara dua negara tersebut. Sekitar 700 ribu warga Rohingya melarikan diri dari pembakaran rumah mereka di Myanmar tahun lalu.
Pada Kamis (1/3) sejumlah besar personel tentara Myanmar muncul di perbatasan. Pemerintah Bangladesh telah memanggil Duta Besar Myanmar mengenai hal tersebut.
Dilansir BBC, laporan berbeda mengatakan sekitar 100 hingga 200 personel muncul di kamp pengungsian tersebut. Penjaga perbatasan mengatakan senapan dan mortir terlihat bersama mereka.
Seorang pemimpin masyarakat di antara pengungsi Rohingya, Dil Mohammed, mengatakan pada Reuters pejabat Myanmar meminta pengungsi untuk meninggalkan daerah tersebut melalui pengeras suara. Perintah itu kemudian diikuti dengan patroli bertahap di sepanjang pagar perbatasan.
"Mereka membawa setidaknya 14 tangga dan mengintimidasi kami dengan mencoba melintasi pagar dan datang ke perkemahan untuk mengusir kami," ujae Mohammad Arif kepada AFP.
Kantor berita tersebut juga mengutip bahwa penjaga perbatasan Bangladesh telah memberitahu mereka tentang permintaan untuk bertemu dengan petugas Myanmar, namun mereka mengatakan sedang sibuk atau tidak berada di tempat.
Menteri Luar Negeri Bangladesh menyatakan kepada Duta Nesar Myanmar bahwa keberadaan tentara itu akan menciptakan kebingungan di Bangladesh juga meningkatkan ketegangan di perbatasan. Dirinya juga menginstruksikan untuk memberitahu pihak berwenang Myanmar agar menarik personel dan peralatan militer mereka.
Ditempat terpisah, pejabat perbatasan Bangladesh Brigadir Jenderal Mujibur Rahman mengatakan kepada Reuters gerakan pasukan tersebut telah melanggar norma-norma internasional.
"Kami telah memberikan surat protes. Dan mereka telah melepaskan senjata berat seperti senjata mesin dan mortir dari lokasi tersebut setelah protes itu," ujar Brigjen Mujibur Rahman.
Bangladesh sendiri telah menegosiasikan kesepakatan repatriasi untuk ribuan pengungsi Rohingya yang tinggal di kamp. Situasinya dipersulit oleh keprihatinan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa dan badan Hak Asasi Manusia mengenai keamanan mereka jika para oengungsi memilih untuk kembali.
Pekan lalu, Human Rights Watch merilis ganbar dari satelit yang mengatakan desa Rohingya benar-benar dibuldoser. Kelompok tersebut mengatakan langkah itu telah menghapus bukti pelanggaran. Staf PBB sendiri belum diizinkan memgakses daerah tersebut untuk melakukan penyelidikan.