Sabtu 03 Mar 2018 18:59 WIB

Ghouta Timur Terus Diserang, 23 Warga Sipil Tewas

Serangan yang menewaskan warga sipil itu dilakukan baik dari udara maupun darat.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Andi Nur Aminah
Kelompok Syrian Civil Defense menolong seorang warga yang terluka setelah serangan udara terjadi di Ghouta, Damaskus, Suriah, Kamis (1/3).
Foto: Syrian Civil Defense White Helmets via AP
Kelompok Syrian Civil Defense menolong seorang warga yang terluka setelah serangan udara terjadi di Ghouta, Damaskus, Suriah, Kamis (1/3).

REPUBLIKA.CO.ID, GHOUTA -- Milisi rezim pemerintahan Suriah disebut telah membantai 23 warga sipil dalam serangan yang tengah berlangsung di Ghouta Timur. Hal ini disampaikan otoritas Pertahanan Sipil Suriah sebagaimana dilaporkan kantor berita Anadolu Agency, Sabtu (3/3).

Dalam laporan tersebut, dikatakan bahwa serangan dilakukan baik dari udara maupun darat. Serangan terus terjadi walaupun telah ada keputusan untuk melaksanakan gencatan senjata yang dilakukan secara terpisah oleh Rusia dan juga Perserikatan Bangsa-Bangsa.

 

photo
Bangunan yang hancur akibat pengeboman di Ghouta timur, pinggiran Damaskus, Suriah.

Hingga saat ini, jumlah korban akibat serangan yang terjadi di wilayah Ghouta Timur sejak 19 Februari lalu yakni 697 orang. Ghouta Timur yang berada di pinggir Kota Damaskus, sudah dikepung selama lima tahun terakhir ini.

Akses untuk memasuki wilayah itu, yang menjadi rumah bagi sekitar 400 ribu jiwa, telah terputus. Delapan bulan belakangan, rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad mengintensifkan pengepungan Ghouta Timur. Dampaknya, hampir tidak mungkin akses bantuan berupa makanan atau obat-obatan bisa masuk ke distrik setempat. Padahal ribuan pasien membutuhkan perawatan.

Sabtu lalu, resolusi Dewan Keamanan PBB sepakat untuk menyerukan gencatan senjata di Ghouta Timur selama 30 hari. Hal ini untuk memberikan kesempatan penyerahan bantuan kemanusiaan yang diperlukan.

 

photo
Seorang anak dan pria memperoleh penanganan medis setelah terpapar gas beracun di Douma, Ghouta Timur, Damascus, Syria.

Senin kemarin pun, Menteri Pertahanan Rusia Sergey Shoigu mengatakan Rusia mengenalkan konsep "jeda kemanusiaan" secara harian yang dimulai pada 27 Februari. Artinya melakukan gencatan senjata secara rutin tiap hari. Ini dilaksanakan atas perintah Presiden Vladimir Putin. Langkah tersebut untuk membuka kesempatan bagi masyarakat sipil supaya bisa keluar dari wilayah Ghouta Timur, tiap hari dari pukul 09.00  hingga pukul 14.00 waktu setempat.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement