REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Xi Jinping ingin menghapus sejumlah pembatasan untuk membuka peluangnya menjadi presiden seumur hidup. Keinginannya tersebut merupakan puncak dari kampanye pengetatan pengawasan yang dilakukan oleh Xi sejak dia berkuasa pada 2012.
Selama lima tahun terakhir, Xi telah bekerja keras untuk membangun kultus kepribadian dan meminta kesetiaan yang tak tergoyahkan dari para pejabatnya. Ia juga membungkam perbedaan pendapat untuk mengokohkan cengkeramannya di Cina.
Sejak 2012, Xi telah memulai kampanye anti-korupsi yang menyasar sekitar 1,3 juta pejabat pemerintahan. Upaya Xi untuk melemahkan faksi-faksi yang bersaing di puncak politik Cina telah membuatnya menjadi orang terakhir yang berdiri di tampuk kekuasaan.
Zhou Yongkang, mantan kepala keamanan tsar, menjadi salah satu pejabat tertinggi Cina yang dipenjara karena tuduhan korupsi. "Xi memiliki visi yang sangat khusus mengenai masa depan Cina: agar Cina memasuki panggung dunia dan membentuk kembali tatanan global," kata Victor Shih, profesor politik di University of California, San Diego, dikutip The Guardian.
"Dia merasa perlu mengendalikan setiap detail kecil untuk mencapai tujuan tersebut, dan akan membungkam pejabat yang menurutnya akan menghalangi jalannya," kata Shih.
Xi juga menargetkan pejabat militer tingkat tinggi, sehingga beberapa pejabat lebih memilih melakukan bunuh diri daripada mendapatkan konsekuensi publik. Ia mendorong pembentukan sebuah badan pengawas anti-korupsi dengan kekuatan yang lebih luas.
Melihat perbandingan visual Xi dengan Mao Ze Dong, saat ini semakin banyak toko-toko yang menyediakan benda-benda cinderamata bertema Xi. Kaligrafi Cina yang mengutip pernyataan Xi juga banyak ditemukan di sejumlah kota.
Para pedagang menawari cinderamata seperti gantungan kunci atau piring hias dengan foto Xi di dalamnya. Mereka bahkan juga menyediakan kalung hati dengan foto Xi, persis dengan cinderamata bergambar Mao.
"Cara dia menghubungkan dirinya dengan Mao, sebagai pahlawan revolusioner, adalah upaya untuk membangun legitimasi dalam sistem karena untuk jangka waktu lama kredibilitas partai Komunis didasarkan pada revolusi. Karena dia tidak hidup pada saat itu, dia perlu mengasosiasikan dirinya dengan hal yang sebenarnya," ujar Merriden Varrall, direktur Timur Program Asia di Lowy Institute.
Xi mulai mengambil tindakan keras untuk melawan segala bentuk perbedaan pendapat segera setelah dia berkuasa. Dia membungkam pengacara hak asasi manusia dan aktivis sipil, hingga hampir 250 orang ditahan oleh polisi.
Penyensoran internet dan pers juga semakin meningkat di bawah kepemimpinan Xi. Dia secara terbuka mengatakan media seharusnya menjadi alat bagi partai Komunis dan mengancam untuk menjebloskan pekerja media ke penjara.
"Ada berbagai sudut pandang alternatif, entah itu agama, masyarakat sipil, atau media, dan Xi tidak ingin ada yang mempertanyakan ke arah mana Cina akan dia bawa," kata Ely Ratner, yang mempelajari studi Cina di Council of Foreign Relations.
Dalam sebuah pertemuan Partai Komunis tahun lalu, Xi berhasil menempatkan dirinya pada tingkat yang sama dengan dua pemimpin modern terpenting Cina, yaitu Mao dan Deng Xiaoping. Dia menuliskan namanya dalam konstitusi partai, bukan hanya ideologinya.
Xi memiliki banyak jabatan, yang membuatnya dijuluki "ketua dari segalanya". Jabatan terpentingnya ada tiga, yaitu presiden, sekretaris umum Partai Komunis, dan ketua Komisi Militer Pusat.
Mao memiliki buku kecil berwarna merah yang berisi koleksi kutipan pernyataannya, yang selalu dibawa oleh pengikut setianya ke mana-mana. Xi memiliki versinya sendiri, meski jauh lebih mudah dibawa.
Buku berwarna putih itu di dalamnya terdapat gambar Xi dan judul 'The Governance of China' berwarna merah. Sejauh ini, buku tersebut telah memiliki dua jilid yang berisi kumpulan pidato dan pemikiran Xi yang menguraikan rencananya untuk masa depan politik negara tersebut. "Xi tampaknya percaya Cina perlu diselamatkan, percaya Partai Komunis adalah satu-satunya entitas yang dapat melakukan itu, dan dia yakin dia adalah satu-satunya orang yang dapat memimpinnya," kata Varrall.