REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengapresiasi kebijakan Presiden Cina Xi Jinping yang menghapus konstitusi terkait dua periode masa jabatan kepala negara. Keputusan itu membuka peluang bagi Xi untuk terus memimpin Cina selama mungkin.
"Dia sekarang dapat menjadi presiden seumur hidup dan kepemimpinannya juga sangat baik," kata Donald Trump, Ahad (4/3).
Trump mengaku takjub dengan kebijakan besar yang dilakukan Xi Jinping. Dia mengatakan, suatu hari AS mungkin melakukan hal serupa. Meski demikian, pernyataan Trump itu dinilai sangat tidak mengindahkan nilai-nilai yang ada di AS.
Anggota Parlemen AS Ro Khanna mengatakan, pernyataan yang dilontarkan Trump, entah bercanda atau tidak, merupakan hal paling tidak mengindahkan sentimen di AS yang pernah diungkapkan seorang presiden. Dia lantas meluncurkan guyonan jika Presiden Pertama AS George Washington akan berguling dalam kubur mendengar pernyataan tersebut.
Secara tradisi, masa jabatan Presiden AS dapat berlangsung hingga empat periode seperti yang dilakukan presiden Franklin Roosevelt pada 1932. Namun, konstitusi tersebut kemudian diamandemen dan disetujui pada 1951 untuk membatasi masa jabatan presiden menjadi dua periode. Untuk mengubah konstitusi tersebut dibutuhkan setidaknya dua pertiga dukungan suara kongres atau dua pertiga dukungan negara bagian yang ada di Amerika.
Sementara, pujian kerap dilontarkan Trump terhadap Cina. Dalam kunjungannya ke Beijing pada November tahun lalu, Trump mengatakan jika Xi Jinping merupakan pria yang luar biasa. Di hadapan Xi, Trump menyatakan jika dia merupakan pemimpin Cina terkuat seratus tahun terakhir.
Kendati, Trump juga melontarkan sejumlah kritik kepada Cina, terlebih dalam bidang ekonomi. Trump juga sempat mempertimbangkan denda besar sebagai bagian dari penyelidikan terhadap dugaan pencurian kekayaan intelektual oleh Cina. Di belakang Xi, Trump juga mengkritik lemahnya sikap Cina terkait permasalahan nuklir Korea Utara.
Baca juga: Langkah Xi Jinping Mengabadikan Kekuasaannya di Cina