REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berencana akan membahas kemungkinan presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menghadiri pembukaan kedutaan besar AS di Yerusalem pada saat mereka bertemu pada Senin (5/3) waktu setempat.
Netanyahu mengatakan hal itu karena merespons pertanyaan jurnalis mengenai apakah berencana mengundang Trump pada acara tersebut pada Sabtu (3/3) malam.
"Saya pasti akan mendiskusikan dengan dia (Trump) mengenai kemungkinan itu," katanya sebelum menaiki pesawat ke AS, seperti dikutip dari laman Al Arabiya, Ahad (4/3).
Netanyahu berterimakasih kepada Trump atas keputusan bersejarah ini untuk mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel dan akan memindahkan kedubes AS ke Yerusalem pada saat hari kemerdekaan Israel. Tanggal 14 Mei di hari pembukaan kedubes merupakan ulang tahun ke-70 berdirinya Israel.
Namun, bagi warga Palestina, tanggal tersebut merupakan representasi Nakba atau malapetaka dimana ratusan ribu orang melarikan diusir dari rumah mereka sendiri akibat perang ciptaan Israel. Deklarasi Trump pada 6 Desember membuat marah orang-orang Palestina.
Sementara negara lain masih memiliki kedutaan besar du Tel Aviv, kedubes AS yang baru ini ini awalnya akan berlokasi di sebuah bangunan konsuler AS di Yerusalem karena AS masuh mencari lokasi permanen. Israel menduduki Yerusalem Timur Palestina pada Perang Enam Hari 1967 dan kemudian mencaploknya.
Langkah Israel tidak pernah diakui dunia internasional namun Israel masih melihat Yerusalem sebagai ibu kota. Padahal masyarakat Palestina melihat Yerusalem Timur ssbagai ibu kota Palestina di masa mendatang. N Rr Laeny Sulistyawati