Senin 05 Mar 2018 17:41 WIB

Kebiasaan Potret Makanan Ternyata Bermanfaat Cegah Penyakit

Partisipan dalam penelitian memotret secara rutin makanan mereka.

Red: Nur Aini
Mengambil foto makanan dengan ponsel (ilustrasi)
Foto: Istimewa
Mengambil foto makanan dengan ponsel (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, QUEENSLAND -- Seberapa ingat apa yang Anda makan untuk sarapan kemarin? Apakah Anda pernah makan ayam dalam sepekan terakhir?

Seorang peneliti dari University of Queensland yang tinggal di kota Darwin, Australia Utara berharap kebiasaan memotret makanan dapat memperbaiki pencegahan penyakit saluran pencernaan yang semakin banyak diderita orang. Campylobacter adalah salah satu bakteri penyebab infeksi yang paling sering ditemukan di Australia dan negara maju lainnya.

"Kebanyakan kita percaya bakteri ini disebabkan makanan yang terkontaminasi, itulah sebabnya mengapa kita memperhatikan apa yang dimakan orang-orang untuk kemudian mencari tahu seberapa akurat ingatan mereka soal apa yang dimakan," kata Liana Varrone, peneliti University of Queensland.

"Bakteri ini bisa menyebar melalui banyak hal, ini adalah bakteri yang sangat kuat." Mereka yang berpartisipasi dalam penelitian Liana secara rutin telah memotret makanan mereka dan mengirimkan kepada dirinya, sebelum kemudian ingatan soal apa yang pernah mereka makan diuji.

"Saya mencoba meminta orang-orang mengirimkan foto-foto makanan selama tujuh hari pada saya dan kemudian saya akan mengajukan beberapa pertanyaan," kata Liana kepada Adam Steer dari ABC Radio Darwin. "Saya ingin melihat seberapa baik mereka dalam mengingat apa yang pernah dimakan setelah dua hingga tiga minggu kemudian."

Pertanyaan dalam penelitian tersebut ditujukan untuk membuat kebijakan. Pada 2006 di Selandia Baru bakteri jenis campylobacter mencapai tingkat tinggi pada pasokan unggas, hingga pihak berwenang untuk keselamatan makanan perlu meninjau standar pengamanan dan penyimpanan.

Dengan memperketat dan meningkatkan pengawasan ayam, tingkat infeksi menurun tajam selama dua tahun berikutnya. Menurut Liana ini adalah bentuk contoh penelitian diagnostik yang berujung pada pengendalian penyakit yang efektif.

"Jika kita mengatakan ayam adalah masalahnya, padahal masalah sebenarnya ada pada anjing peliharaan atau hewan lain, maka kita menerapkan beberapa kebijakan berbeda soal jalur produksi ayam, padahal seharunya kita memberi tahu orang lain untuk lebih membersihkan tangan mereka setelah ada kontak dengan anjing."

Penelitian Liana mengikuti model serupa yang diujicoba di Universitas Perth, di mana peserta mengirimkan foto makanan ke sebuah aplikasi sebelum menyantapnya. Ia mengatakan potensi jejaring sosial untuk penelitian ilmiah ini cukup signifikan.

"Saya sudah memiliki banyak orang yang mengirim Snapchats ke orang-orang, dan kemudian mereka akan mengirimi saya Snapchat dengan sedikit keterangan apapun soal makanan."

sumber : http://www.australiaplus.com/indonesian/berita/foto-makanan-bantu-penelitian/9510016
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement