Senin 05 Mar 2018 17:56 WIB

Inggris dan AS Desak Rusia Hentikan Kekerasan di Suriah

Presiden Suriah Bashar al-Assad menegaskan akan terus melanjutkan serangan di Ghouta.

Rep: Rizkyan Adiyudha/ Red: Nur Aini
Bangunan yang hancur akibat pengeboman di Ghouta timur, pinggiran Damaskus, Suriah, Kamis (22/2).
Foto: Ghouta Media Center via AP
Bangunan yang hancur akibat pengeboman di Ghouta timur, pinggiran Damaskus, Suriah, Kamis (22/2).

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Inggris dan Amerika Serikat (AS) mendesak Rusia membujuk Presiden Suriah Bashar al-Assad untuk menghentikan kekerasan yang terjadi di Ghouta Timur. Kedua negara itu juga meminta Rusia untuk mempengaruhi Assad agar segera melindungi warga sipil.

Seperti diwartakan Anadolu Agency, Senin (5/3) permintaan itu dibuat saat Perdana Menteri Inggris Theresa May berdiskusi dengan Presiden AS Donald Trump. Kedua kepala pemerintahan itu membicarakan tentang situasi terkini di Suriah.

"Mereka mendiskusikan tetang Suriah serta situasi kemanusiaan mengerikan yang tengah terjadi di Ghouta Timur," kata pernyataan resmi pemerintah.

May dan Trump sependapat jika peristiwa yang terjadi di Suriah merupakan sebuah bencana kemanusiaan. Keduanya juga sepakat bahwa tanggung jawab luar biasa atas penderitaan warga terletak pada rezim Suriah ditambah Rusia sebagai pendukung utama rezim tersebut.

Tak hanya mendesak Rusia, kedua negara tersebut juga meminta semua pihak yang memiliki pengaruh di Suriah untuk segera menghentikan kampanye militer mereka. Selain itu, negara-negara terkait dengan Suriah harus mulai melindungi warga sipil.

Sementara, Presiden Suriah Bashar al-Assad menegaskan akan terus melanjutkan serangan di Ghouta Timur. Dia mengatakan, militer Suriah akan meningkatkan serangan agar dapat menerobos ke benteng terakhir pemberontak di Damaskus.

"Kami akan terus berperang melawan terorisme dan operasi Ghouta merupakan keberlanjutan dari perjuangan kontra teroris," kata Presiden Bashar al-Assad.

Baca juga: Pemerintah Suriah Tolak Peralatan Kesehatan Masuk Ghouta

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement