REPUBLIKA.CO.ID, JEDDAH -- Arab Saudi membuka diri pada wisatawan mancanegara. Saat ini, negara tersebut memiliki pendekatan profesional dan baru untuk menarik pengunjung dengan aturan visa lebih mudah. Untuk pertama kalinya juga, Arab membuka kesempatan bagi perempuan muda yang ingin solo travelling.
Secara tradisional, Arab Saudi dikenal sebagai destinasi peziarah yang hendak menunaikan ibadah haji ke Kota Suci Mekkah. Berbagai hambatan dialami pelancong yang ingin melakukan wisata mainstream, termasuk larangan perempuan di bawah usia 40 tahun untuk bepergian tanpa suami atau saudara laki-laki.
Dilansir dari The Independent, Selasa (6/3), kini, Arab berencana meringankan beberapa poin. Selain peraturan terkait pelancong solo perempuan, Arab akan meringankan peraturan visa turis mulai 1 April 2018. Tujuannya, diversifikasi ekonomi, di mana pemerintah ingin mengurangi ketergantungan pada minyak yang akan dialihkan ke bidang pariwisata.
Banyak hal yang ditawarkan Arab ke pelancong. Negara ini berukuran sembilan kali lebih besar dibanding dengan Inggris dan mempunyai banyak keragaman. Kota besar Arab yang paling berharga adalah Jeddah, sebuah pelabuhan kosmopolitan dengan kekayaan sejarahnya.
Arab Saudi juga memiliki lokasi arkeologi terkemuka, Madain Saleh. Negara ini juga memiliki pegunungan yang mencapai 3 ribu meter dan pemandangan dataran tinggi yang spektakuler.
Tapi, harus diakui bahwa aturan tentang perilaku di negara ini tetap ketat. Kementerian Luar Negeri mengatakan, perempuan harus mengenakan pakaian konservatif dan longgar seperti abaya dan jilbab. Tindakan homoseksual dan hubungan seksual di luar nikah, termasuk perzinahan adalah ilegal. Dapat dikenakan hukuman berat, ujar pihak berwenang.
Impor pun dilakukan dengan hati-hati. Penyelundupan obat-obatan terlarang bisa dihukum mati. Memabawa daging babi, materi pornografi atau ilustrasi orang berpakaian minim juga dilarang.