REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Menurut badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang mengurusi masalah anak, UNICEF, jumlah anak perempuan yang menikah di India hampir menurun separuh dalam satu dekade. Hal ini mengurangi jumlah pernikahan anak secara global.
UNICEF mengatakan bahwa 25 juta pernikahan anak telah dicegah di seluruh dunia dalam satu dekade terakhir, dengan pengurangan terbesar terlihat di Asia selatan, di mana India berada di garis terdepan.
"India menyumbang lebih dari 20 persen populasi remaja di dunia dan mencatat jumlah pernikahan anak tertinggi di Asia Selatan mengingat ukuran dan populasinya," ujar Javier Aguilar, kepala perlindungan anak UNICEF.
Pernikahan anak menambah risiko kesehatan, pendidikan dan penyalahgunaan, serta meningkatkan kemungkinan kemiskinan antar generasi, sebut Anju Malhotra, penasihat gender utama UNICEF, dalam sebuah pernyataan. "Mengingat dampak pernikahan anak yang mengubah kehidupan seorang gadis muda, pengurangan apapun adalah kabar baik, tapi kami harus menempuh perjalanan yang panjang," ujarnya.
Para aktivis dan profesional menghubungkan penurunan pernikahan anak dengan akses pendidikan yang lebih baik bagi perempuan, dan kesadaran masyarakat yang meningkat akan dampak negatif pernikahan anak.
UNICEF telah memperkirakan bahwa dalam setahun, 12 juta anak perempuan secara global menikah. Lembaga itu juga mengatakan lebih banyak pekerjaan harus dilakukan untuk mengakhiri praktik itu pada 2030, target yang ditetapkan berdasarkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan PBB.
Kesimpulan UNICEF tentang India muncul setelah membandingkan data dari survei kesehatan tahun 2006 dan 2016 yang menanyai perempuan pada kelompok usia 20-24 tahun. Mereka mendapatkan pertanyaan apakah mereka telah menikah sebelum mereka berusia 18 tahun, dengan mempertimbangkan data pernikahan anak dari sensus 2011.