REPUBLIKA.CO.ID, KINSHASA -- Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan, lebih dari dua juta anak-anak di Republik Kongo terancam kelaparan. PBB menegaskan, bantuan harus segera diberikan negara tersebut guna menghindari bencana tersebut.
Pernyataan itu dilontarkan Kepala Bidang Kemanusiaan PBB Mark Lowcock saat akan bertemu potensi pendonor yang bersedia membantu negara tersebut. Dia mengatakan, Kongo juga membutuhkan bantuan finansial agar dapat keluar dari masalah.
"Kita memiliki tanggung jawab di Republik Kongo dan sekarang saatnya menunaikan kewajiban tersebut," kata Juru Bicara Bidang Kemanusian PBB Jens Laerke di Jenewa seperti diwartakaan Aljazira, Sabtu (10/3).
PBB mengatakan, konflik yang terjadi di negara tersebut merupakan penyebab terjadinya kelaparan tersebut. Kekerasan antar etnis dan gelombang protes terhadap Presiden Joseph Kabila menjadi penyebab utama konflik yang terjadi.
Konflik yang terjadi juga membuat petani kesulitan untuk menumbuhkan tanamam mereka selalam bertahun-tahun. Hal tersebut juga membuat warga negara mengalami permasalahan nutrisi.
Meski sempat mereda, tensi konflik antar etnis kembali meningkat pada pertengahan 2016 lalu. Komite Internasional mengatakan lebih dari 400 desa hancur akibat konflik yang pecah antara Juli 2016 hinga Maret 2017 lalu.
Protes yang menentang kepemimpinan Presiden Republik Kongo Joseph Kabila juga terus meluas. Meski demikian, pemilu yang sedianya digelar pada 2016 lalu menysul berakhirnya masa jabaan Kabila ditunda.
Hal tersebut memicu gelombang protes higga terjadi betrokan antara militer dan demonstran. Sekitar 1,7 juta warga tahun lalu telah melarikan diri guna menghindari konflik yang terjadi. Rute pelarian jutaan warga itu tersebar di 11 negara Afrika.