REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Wakil Ketua Badan Kerjasama Antar Parlemen (BKSAP) Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) Rofi' Munawar meminta Pemerintah Srilanka segera menghentikan kekerasan yang terjadi terhadap komunitas muslim di negara tersebut. Jika tidak dicegah sejak awal, dikhawatirkan akan terjadi tragedi kemanusiaan seperti di Rohingya, Myanmar.
"Pola kekerasan yang terjadi di Srilanka memiliki kemiripan dengan apa yang terjadi di Rohingya Myanmar. Adanya pembiaran kekerasan terhadap kalangan minoritas muslim oleh otoritas resmi dan penanganan konflik yang tidak tuntas" ujar Wakil Ketua BKSAP Rofi Munawar dalam keterangan resmi yang disampaikan kepada media, pekan ini.
Merujuk laporan Amnesty International, sejak 5 Maret lalu, permukiman yang terdiri dari rumah-rumah, toko-toko, dan sebuah masjid milik komunitas Muslim lokal terbakar hebat di daerah Digana di Kandy.
Rofi menganalisis bawa konflik ini seperti 'bara dalam sekam', karena pemicu konflik jika ditelusuri sangat riskan dan kelihatan terlampau sederhana. Ada akar masalah yang lebih besar terkait relasi sosial dan ekonomi.
"Kemampuan mengelola dan meredam konflik akan sangat menentukan pemulihan kondisi di Srilanka saat ini, dan pada saat yang sama harus di dorong munculnya dialog yang konstruktif" ujarnya.
Legislator asal Jawa Timur ini juga meminta Pemerintah Indonesia untuk memastikan keselamatan warga indonesia di daerah konflik, membuka komunikasi yang intensif dengan Pemerintah Srilanka dan sekaligus mendorong di hentikannya kekerasan yg terjadi di sana, sebagaimana hal ini telah dilakukan Indonesia di Palestina, Myanmar dan negara2 konflik lainnya.
"Begitu pula lembaga-lembaga Internasional, khususnya PBB harus terus memantau perkembangan dan mendorong desakan penghentian kekerasan di Srilangka" tegasnya.
Selama setahun terakhir ketegangan antara sejumlah kelompok Buddhis garis keras dengan komunitas minoritas Muslim meningkat. Kelompok-kelompok Buddhis ekstremis menyebarkan tuduhan bahwa warga Muslim telah memaksa orang untuk masuk Islam dan merusak situs arkeologis agama Buddha.
Antara 17 April dan Juni 2017, tercatat ada lebih dari 20 serangan terhadap umat Islam berupa pembakaran di ruko-ruko milik warga Muslim dan serangan bom molotov di beberapa masjid. Lima orang ditangkap. Polisi menduga para pelakunya berafiliasi dengan ormas ultra-nasionalis bernama Bodu Bala Sena (BBS) yang beranggotakan warga Buddha dari etnis Singhala.