REPUBLIKA.CO.ID, DHAKA - Badan pengungsi PBB UNHCR dan pemerintah Bangladesh mulai mencari bantuan dana sebesar 950 juta dolar AS bagi pengungsi Rohingya di Cox's Bazar. Dana tersebut bisa digunakan untuk menjalankan operasi bantuan selama 10 bulan lagi.
Langkah ini dilakukan di tengah kekhawatiran pemulangan pengungsi Rohingya dari Bangladesh ke Myanmar masih akan memerlukan lebih banyak waktu. Sementara musim hujan di Bangladesh akan segera tiba dan hampir 100 ribu pengungsi berisiko terkena banjir dan tanah longsor.
Kamp pengungsian warga Rohingya terkonsentrasi di bagian selatan Bangladesh yang memiliki curah hujan tertinggi. Menurut Departemen Meteorologi Bangladesh, hujan biasanya dimulai pada April dan mencapai titik tinggi pada Juli.
Tanah tak Bertuan Pun tak Aman Bagi Warga Rohingya
Di kamp pengungsian sementara terbesar di Kutupalong dan Balukhali, banjir bisa terjadi di sepertiga wilayah pengungsi selama musim hujan. UNHCR memperkirakan, lebih dari 85 ribu pengungsi bisa kehilangan tempat tinggal. Sementara 23 ribu pengungsi lainnya tinggal di lereng yang berisiko mengalami tanah longsor.
PBB akan mencari bantuan ke kelompok donor dalam pertemuan yang akan datang di Jenewa yang dijadwalkan pada pertengahan Maret. "Semua badan PBB akan meluncurkan Joint Response Plan di Jenewa pada 16 Maret, mencari dana baru bagi pengungsi Rohingya unuk sepanjang sisa tahun ini," kata Caroline Gluck, juru bicara UNHCR di Cox's Bazar, Bangladesh.
"Dan kami sangat berterima kasih atas dukungan donor sampai sekarang. Kami berharap dukungan yang kuat akan berlanjut, bergerak maju, karena kebutuhan darurat tidak mungkin menurun," kata dia, dikutip Arab News.
Mohammad Abul Kalam, komisaris Refugee Relief and Repatriation Commission (RRRC), mengatakan dana 950 juta dolar AS itu mencakup 25 persen untuk kesejahteraan masyarakat Bangladesh di wilayah pengungsian. Kehidupan mereka dinilai telah sangat dipengaruhi oleh eksodus besar-besaran dari Myanmar.