REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Cina memutuskan menyetujui kemutusan batas waktu untuk pemimpinnya. Langkah ini secara efektif akan memungkinkan Presiden Xi Jinping tetap menjadi presiden seumur hidupnya.
Perubahan tersebut merupakan bagian dari serangkaian perubahan konstitusional yang diperkirakan akan disahkan dalam pertemuan tahunan Kongres Rakyat Nasional Cina pada Ahad (11/3) waktu setempat. Cina telah memberlakukan batas masa jabatan sampai dua periode pada presidennya sejak 1990-an. Bagaimanapun, Xi telah menentang tradisi menghadirkan penerus potensial saat Kongres Partai Komunis pada Oktober lalu.
Sebagai gantinya, dia mengkonsolidasikan kekuatan politiknya saat partai tersebut memilih mengabadikan namanya dan ideologi politiknya dalam konstitusi partai, yaitu dengan menaikkan statusnya setingkat dengan pendiri Partai Komunis, Mao Zedong.
Pemungutan suara di Kongres pada Ahad ini diperkirakan akan berlalu tanpa ada kesulitan. Kongres tersebut, secara de jure merupakan badan legislatif yang paling berkuasa di Cina, serupa dengan parlemen di negara lain. Namun jika dilihat secara luas, badan tersebut hanya sebagai formalitas yang akan menyetujui apa yang diperintahkan.
Seperti dilaporkan BBC, Ahad (11/3), Kongres Rakyat Nasional tidak pernah menentang Partai Komunis. Namun beberapa laporan menunjukkan beberapa dari 2.980 delegasi mungkin memilih abstain sehingga akan dipandang sebagai pemungutan suara sungguhan.
Mantan redaktur surat kabar Li Datong menulis pemutusan batas waktu untuk presiden dan wakil presiden akan menabur benih kekacauan. Dia menuliskannya dalam sebuah pesan yang dikirim ke beberapa anggota kongres nasional.
"Saya tidak dapat menahannya lagi, saya sedang berdiskusi dengan teman-teman saya dan kami sangat marah, kami harus menyuarakan oposisi kami," katanya kepada BBC Cina.
Xi menjadi presiden pada 2012, dan dengan cepat mengkonsolidasikan kekuatan pribadi sambil memperkuat Cina sebagai negara adidaya regional. Dia juga memerangi korupsi, menghukum lebih dari satu juta anggota partai yang telah membantu popularitasnya. Pada saa tyang sama, bagaimanapun, Cina telah membatasi banyak kebebasan yang muncul, meningkatkan program pengawasan dan penyensoran negara.